Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, Amerika Serikat sangat terkejut melihat tindak kekerasan itu, dan sedang mengevaluasi bagaimana menanggapinya.
Amerika Serikat telah mengatakan kepada Tiongkok bahwa mereka mengharapkan Beijing memainkan peran yang konstruktif, kata juru bicara itu.
Tiongkok telah menolak untuk mengutuk kudeta tersebut, dengan media pemerintah China menyebutnya sebagai "perombakan kabinet besar-besaran".
Baca Juga: Balita Bergelantungan di Balkon Kondominium, Seorang Kurir Vietnam Tak Segan Ulurkan Tangan
Uni Eropa mengatakan, penembakan terhadap warga sipil tak bersenjata dan pekerja medis jelas melanggar hukum internasional.
Ia juga mengatakan, militer meningkatkan penindasan terhadap media, dengan semakin banyak jurnalis yang ditangkap dan didakwa.
Sementara itu, di Yangon, seorang saksi mata mengatakan sedikitnya delapan orang tewas pada hari Rabu, sedangkan media lokal melaporkan enam orang tewas di pusat kota Monywa.
Baca Juga: Mulus saat Penerbangan, Kapal Luar Angkasa SN10 SpaceX Meledak Setelah Mendarat
“Saya mendengar begitu banyak tembakan terus menerus. Saya berbaring di tanah, mereka banyak menembak,” kata pengunjuk rasa Kaung Pyae Sone Tun (23 tahun).
Lembaga perlindungan anak ‘Save the Children’ mengatakan, empat anak tewas termasuk seorang anak laki-laki berusia 14 tahun yang dilaporkan Radio Free Asia ditembak mati oleh seorang tentara di dalam konvoi truk militer yang lewat.