Kekuasaan Aung San Suu Kyi Dikudeta Militer, Myanmar Umumkan Keadaan Darurat Selama Satu Tahun

- 1 Februari 2021, 15:02 WIB
Penasihat negara Myanmar, Aung San Suu Kyi.*
Penasihat negara Myanmar, Aung San Suu Kyi.* /Instagram/@aungsansuukyi9

PR CIREBON - Militer Myanmar dilaporkan telah merebut kekuasaan, dalam kudeta melawan pemerintah pemenang Nobel, Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis.

Aung San Suu Kyi dilaporkan ditahan bersama dengan para pemimpin lain dari partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) dalam penggerebekan Senin, 1 Februari 2021 dini hari.

Militer mengatakan, pihaknya telah melakukan penahanan terhadap Aung San Suu Kyi sebagai tanggapan atas "kecurangan pemilu".

Baca Juga: Beri Ucapan Selamat Harlah Ke-95, Menkominfo Minta NU Konsisten Jaga Empat Hal ini

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia, kekuasaan akan diserahkan kepada panglima militer Min Aung Hlaing dan memberlakukan keadaan darurat selama satu tahun.

Seorang presenter di Myawaddy TV membuat pengumuman, mengutip bagian dari konstitusi yang dirancang militer yang memungkinkannya mengambil kendali pada saat darurat nasional.

Dia mengatakan, alasan pengambilalihan tersebut sebagian karena kegagalan pemerintah untuk bertindak atas klaim militer atas penipuan pemilih dalam pemilihan November lalu.

Baca Juga: Properti Pantai Laut Hitam, Miliarder asal Rusia Klaim 'Mansion Vladimir Putin' Sebagai Miliknya

Serta kegagalannya untuk menunda pemilihan karena krisis pandemi virus corona.

Sementara itu, saluran telepon ke ibu kota Naypyitaw tidak dapat dihubungi dan TV pemerintah mati beberapa jam sebelum parlemen dijadwalkan duduk untuk pertama kalinya sejak kemenangan pemilihan umum NLD pada November.

Hal itu dipandang sebagai referendum terhadap pemerintahan demokratis baru Aung San Suu Kyi.

Baca Juga: Sekolah Tatap Muka Belum Dibolehkan di Masa Pandemi Covid-19, Putra Nababan: Kenapa Harus Memaksakan Diri?

Tentara mengambil posisi di balai kota di kota utama Yangon dan data internet seluler serta layanan telepon di benteng NLD terganggu, kata penduduk.

Konektivitas internet juga telah turun secara dramatis, kata layanan pemantauan NetBlocks.

Penahanan Aung San Suu Kyi dan para pemimpin lainnya terjadi setelah beberapa hari ketegangan yang meningkat antara pemerintah sipil dan militer yang menimbulkan kekhawatiran akan kudeta setelah pemilihan.

Baca Juga: Terpisah Karena Covid-19, Pasangan yang Telah Menikah 63 Tahun Ini Ngedate di Rumah Sakit

Anggota parlemen Myanmar berkumpul pada hari Senin di ibu kota Naypyitaw untuk sesi pertama parlemen sejak pemilihan tahun lalu.

Aung San Suu Kyi yang berusia 75 tahun sejauh ini adalah politisi paling dominan di negara itu, dan menjadi pemimpin de facto negara itu setelah memimpin perjuangan tanpa kekerasan selama puluhan tahun melawan kekuasaan militer.

Partainya merebut 396 dari 476 kursi di gabungan majelis rendah dan atas parlemen dalam pemilihan November.

Baca Juga: Kominfo Buka Pendaftaran Program Beasiswa S2 Dalam dan Luar Negeri Tahun 2021, SImak Persyaratannya

Tetapi militer memegang 25 persen dari total kursi di bawah konstitusi yang dirancang militer 2008, dan beberapa posisi kementerian kunci juga dicadangkan untuk orang yang ditunjuk militer.

Pihak militer, yang dikenal sebagai Tatmadaw, menuduh adanya kecurangan suara besar-besaran dalam pemilu, meski gagal memberikan bukti. Sedangkan, Komisi Pemilihan Umum negara bagian pekan lalu menolak tuduhan tersebut.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Channel News Asia


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah