WHO dan UNESCO Beri Julukan Jurnalis ‘Society's Janitor’ dalam Program Vaksinasi Covid-19

- 30 Januari 2021, 12:30 WIB
Ilustrasi jurnalis.
Ilustrasi jurnalis. //Pixabay / Shutterbug75

PR CIREBON — Jurnalis ternyata dinilai perannya sangat penting dalam menyukseskan program Vaksinasi Covid-19 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

WHO dan UNESCO menyatakan jurnalis itu dijuluki sebagai ‘society’s janitor’, berarti petugas 'kebersihan' unuk masyarakat.

Karena, tugas jurnalis tidak hanya menelusuri dan membersihkan kabar bohong sampai ke akarnya, tetapi turut mengungkap pihak-pihak tertentu yang meraup keuntungan dari penyebaran informasi menyesatkan terkait Covid-19 tersebut.

Baca Juga: Borobudur Akan Jadi Tempat Ibadah Umat Buddha di Dunia, Muannas Alaidid: Sungguh Menawan Bhinneka Tunggal Ika

Direktur Kebijakan dan Strategi Komunikasi dan Informasi UNESCO, Guy Berger serta Direktur Komunikasi WHO Gabriella Stern, yang mengungkapkan pengakuan bahwa jurnalis sangat penting perannya dalam program vaksinasi Covid-19

Hal itu diungkapkan ketika keduanya memberi sambutan pada acara pelatihan jurnalis yang diadakan secara virtual.

Acara itu bertajuk Covering the Covid-19 Vaccine: What Journalists Need to Know, Jumat malam sampai Sabtu dini hari (29-30 Januari 2021) waktu Jakarta.

Sebagaimana dikutip Pikiran-Rakyat.Cirebon.com dari ANTARA, dalam acara tersebut, Gabriella Stern memberikan pendapat terkait peran penting jurnalis dalam penanggulangan pandemi Covid-19.

Baca Juga: Borobudur Akan Jadi Tempat Ibadah Umat Buddha di Dunia, Muannas Alaidid: Sungguh Menawan Bhinneka Tunggal Ika

Stern mengatakan WHO mengandalkan laporan dari para jurnalis di berbagai negara demi mengetahui masalah dan kondisi masyarakat selama pandemi sehingga nantinya badan kesehatan dunia itu dapat menyusun kebijakan serta memberi rekomendasi yang tepat sasaran.

"WHO berterima kasih atas kerja sama kalian (para jurnalis, red) yang menyajikan informasi berbasis bukti ke masyarakat selama situasi pandemi yang terus berubah cepat dan serius ini," kata Stern.

Stern menyampaikan WHO butuh dukungan para jurnalis untuk menyalurkan informasi yang disertai bukti ke masyarakat, serta melawan ketakutan dan rumor yang muncul akibat kabar bohong.

Ia pun mendorong seluruh peserta, yang sebagian besar adalah para wartawan, untuk terus mengikuti informasi dari jumpa pers atau sesi pengarahan berkala WHO demi mendapatkan informasi terbaru mengenai pandemi.

Baca Juga: Tanggapi Maraknya Brand Terkenal Terbitkan Surat Ajakan Review, dr. Tirta: Lagi Musim Surat-Suratan

Sementara itu, terkait vaksin dan program vaksinasi Covid-19 yang saat ini telah berlangsung di beberapa negara, Guy Berger mengatakan jurnalis punya peranan penting mengedukasi masyarakat agar tidak mudah terhasut gerakan anti vaksin.

Tidak hanya itu, para jurnalis juga diharapkan dapat terus memonitor rangkaian kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait pengadaan dan penyaluran vaksin Covid-19 ke masyarakat.

"Kita tahu laporan jurnalistik dibutuhkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan informasi, tetapi juga mendorong adanya kesiapan (dari otoritas terkait, red) saat dihadapkan pada krisis," kata Guy Berger saat menyampaikan sambutan ke para jurnalis dari berbagai negara pada acara pelatihan itu.

Berger menerangkan masyarakat mengandalkan isi laporan para jurnalis yang kritis mendalami berbagai kebijakan, kontrak pembelian, serta belanja negara terkait vaksin dan penanggulangan Covid-19 yang menggunakan uang negara.

Baca Juga: PT Pupuk Indonesia Beberkan Lima Inisiatif Strategis 2021: Kepuasan Pelanggan ialah yang Utama

Jurnalis, menurut Berger, jadi tumpuan masyarakat untuk menjelaskan fakta dan angka-angka yang diberikan oleh para peneliti, lembaga-lembaga pemerintahan, secara sederhana sehingga pesannya dapat diterima dan dipahami oleh seluruh kalangan.

Dalam kesempatan itu, Berger turut menyoroti banyaknya rumor dan kabar bohong yang beredar selama pandemi Covid-19 serta vaksin.

Terkait itu, ia mengatakan masyarakat juga mengandalkan para jurnalis untuk melacak dan mengklarifikasi berbagai kabar bohong yang beredar, khususnya di media sosial.

WHO, UNESCO, dan Knight Center for Journalism in the America, yang bernaung di bawah University of Texas, menggelar acara pelatihan reportase vaksin secara virtual untuk para jurnalis dari berbagai negara selama satu hari. Acara tersebut didanai oleh Uni Eropa (EU).

Baca Juga: Harga Pulsa dan Token Listrik Disebut Akan Naik Karena Pajak, Menkeu Sri Mulyani Beri Bantahan: Bohong...

Acara pelatihan yang berlangsung selama kurang lebih empat jam itu diisi oleh dua diskusi panel, dia antaranya bertajuk "Jurnalisme Vaksin" dan "Ilmu Pengetahuan tentang Vaksin".

Sesi pertama mengenai jurnalisme dan vaksin mengangkat pengalaman para wartawan dari Argentina, Brazil, Prancis, dan Jerman mengangkat isu terkait pengadaan vaksin dan program vaksinasi.

Sementara pada sesi kedua, acara diskusi menghadirkan para peneliti dan ahli kesehatan dari WHO, Kanada, dan Amerika Serikat, guna menyampaikan perkembangan terbaru mengenai vaksin Covid-19.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x