Dipercaya Mencegah Covid-19, Studi Baru Sebut Lockdown Tidak Efektif Berikan Manfaat

- 20 Januari 2021, 20:30 WIB
Portugal berlakukan jam malam dan lockdown wilayah.*
Portugal berlakukan jam malam dan lockdown wilayah.* /

PR CIREBON – Sebuah studi baru tentang tanggapan global terhadap pandemi virus Corona, menemukan bahwa penguncian wilayah atau lockdown diduga tidak menawarkan lebih banyak manfaat.

Manfaat yang diberikan dari Lockdown sendiri tidak secara signifikan memperlambat penyebaran daripada jarak sosial dan protokol kesehatan lainnya.

Studi baru tersebut membandingkan kasus-kasus pada awal 2020 di AS, Inggris, Prancis, Jerman, Iran, Italia, Belanda, dan Spanyol.

Baca Juga: Soroti Drama Politik di AS, SBY: Era 'Post Truth Politics' Ucapan Presiden Harus Benar dan Jujur

Negara-negara tersebut memberlakukan perintah penguncian wilayah dan penutupan bisnis.

Berbeda dengan Korea Selatan dan Swedia, yang lebih mementingkan protokol kesehatan secara sukarela, penyebaran pandemi ditemukan lebih mudah diatasi.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari New York Post, penelitian tersebut berusaha untuk menganalisis efek yang kurang ketat atau lebih membatasi intervensi non-farmasi, pada perilaku individu dan membatasi penularan virus.

Baca Juga: Hoaks Kasdim 0817 Jatim Meninggal Setelah Divaksin, Polda Jatim Sebut Terduga Pelaku Terlacak

“Penerapan awal dari intervensi non-farmasi yang lebih ketat ini pada awal tahun 2020 dibenarkan karena penyebaran penyakit yang cepat.

“Sistem kesehatan yang kewalahan di beberapa tempat yang terpukul keras, dan ketidakpastian yang substansial tentang morbiditas dan mortalitas virus,” jelas para peneliti yang berafiliasi dengan Universitas Stanford, AS itu.

Namun dengan menggunakan model matematika, para peneliti dalam studi itu menentukan bahwa tidak ada efek menguntungkan yang signifikan dan jelas.

Baca Juga: PMI dan IFRC Turut Beri Pelayanan Kesehatan dan Bantuan untuk Korban Gempa Bumi di Sulawesi Barat

Dari penguncian wilayah ketat pada pertumbuhan kasus di negara mana pun.

“Kami gagal menemukan bukti kuat yang mendukung peran NPI yang lebih ketat dalam pengendalian Covid-19 pada awal 2020,” kata para peneliti.

Namun, para peneliti mengakui bahwa data dan metode yang mendasari studi itu memiliki batasan penting.

Baca Juga: Kota Bogor Catat Angka Kenaikan Kasus Harian Tertinggi, dalam Sehari 120 Orang Positif Covid-19

Pertama, perbandingan lintas negara itu sulit karena setiap negara memiliki aturan, budaya, dan hubungan yang berbeda antara pemerintah dan warga.

Mereka mencatat bahwa data yang ada tidak dapat sepenuhnya mengesampingkan kemungkinan beberapa manfaat dari penguncian wilayah.

Namun, meskipun ada, manfaat itu diduga tidak sesuai dengan banyaknya kerugian dari tindakan penguncian wilayah yang ketat itu.

Baca Juga: Sebut Ibaratkan Banyak Virus Ditubuh Polri, BEM UI Desak Listyo Sigit Prabowo Mencari Vaksinnya

Di antara efek berbahaya dari penguncian wilayah yang dikutip adalah overdosis terkait opioid, vaksinasi yang terlewat

Peningkatan penyakit non-Covid dari layanan kesehatan yang terlewat, kekerasan dalam rumah tangga, dan bunuh diri.

Meskipun demikian, penelitian lain telah menentukan bahwa tindakan penguncian wilayah telah menyelamatkan jutaan nyawa.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: New York Post


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x