“Masyarakat transgender masih dianggap menyimpang di sebagian besar masyarakat Indonesia. Mereka distigmatisasi dan diintimidasi. Namun, mereka diterima di beberapa sektor sempit seperti industri kecantikan," kata Irna Minauli, psikolog di Medan
Antonius Remigius Abi yang mengajar etika di Fakultas Hukum Universitas Katolik Santo Thomas di Medan, menuturkan kepada Al Jazeera bahwa, bahwa hal tersebut adalah sebuah aliran pemikiran yang keliru sehingga membangun sebuah prasangka bahwa transgender adalah suatu yang abnormal dalam masyarakat Indonesia.
Antonius sering sekali berdiskusi tentang komunitas waria di kelasnya, dan mengatakan bahwa mahasiswa seringkali mengkritik komunitas berdasarkan persepsi sempit tentang perilaku seksual dan identitas gender.
Dan hasilnya akan berlanjut berdampak pada visibilitas waria di masyarakat sipil.
Baca Juga: Ditemukan Kecurangan pada Pilpres AS, Nama Orang yang Sudah Meninggal Dipakai untuk Pemilihan
“Dari sudut pandang etika, setiap manusia itu setara dan harus dihormati. Namun, komunitas transgender jarang diterima bekerja di ruang publik selain salon atau industri hiburan di Indonesia, ”ujarnya.
Indonesia telah menjadi negara yang paling parah terkena dampak pandemi di Asia Tenggara dengan lebih dari 20.000 kematian dilaporkan sejak Maret.
Kepulauan saat ini memiliki hampir 127.000 kasus aktif virus korona yang dikonfirmasi, dan industri kecantikan telah sangat terpengaruh.
Sementara dilain waktu sebelum masa pandemi Covid-19 datang Salon Anna Sui telah mempekerjakan lusinan pekerja transgender selama bertahun-tahun, Iwan mengatakan bisnis berjalan sangat lambat sehingga sekarang hanya ada Emmy, 40, yang telah bekerja sebagai penata rambut di sana selama 10 tahun.
Kini kabarnya, Iwan beruntung memiliki gedung tempat salon dan tidak perlu membayar sewa.
Baca Juga: Pemerintahan Trump Dorong Kesepakatan Senjata hingga Rp7 Triliun dengan Arab Saudi
“Kalau masih sewa, pasti sudah tutup sekarang,” kata Iwan.