Arab Saudi Izinkan Pesawat Israel Lintasi Wilayah Udaranya Setelah Pembicaraan dengan Jared Kushner

- 1 Desember 2020, 13:46 WIB
Ilustrasi bendera Arab Saudi.
Ilustrasi bendera Arab Saudi. /Pixabay./

PR CIREBON - Arab Saudi setuju untuk membiarkan pesawat Israel melintasi wilayah udaranya dalam perjalanan ke Uni Emirat Arab setelah pembicaraan antara pejabat Saudi dan penasihat senior Gedung Putih Jared Kushner, kantor berita Reuters dan media Israel telah melaporkan.

Kushner dan utusan Timur Tengah Avi Berkowitz dan Brian Hook mengangkat masalah ini tak lama setelah mereka tiba di Arab Saudi untuk melakukan pembicaraan. 

"Kami dapat mendamaikan masalah tersebut," kata seorang pejabat dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kepada Reuters pada hari Senin, 30 November 2020.
 
Baca Juga: Anies Baswedan Disorot Media Asing, Positif Covid-19 saat Jumlah Infeksi Jakarta Sedang Meningkat

Perjanjian itu dibuat hanya beberapa jam sebelum penerbangan komersial pertama Israel ke UEA direncanakan pada Selasa pagi. Penerbangan Israir berisiko dibatalkan tanpa perjanjian penerbangan.

Penerbangan langsung tersebut merupakan bagian dari kesepakatan normalisasi yang dicapai Israel tahun ini dengan UEA, Bahrain dan Sudan. Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

UEA telah menuai keuntungan dari normalisasi, termasuk Gedung Putih mendorong penjualan senjata, termasuk jet tempur canggih, ke negara Teluk.

 
"Ini harus menyelesaikan setiap masalah yang terjadi dengan operator Israel, yang membawa orang-orang dari Israel ke UEA dan kembali dan ke Bahrain," kata pejabat Gedung Putih kepada Reuters.
 
Kushner dan timnya akan bertemu dengan amir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan emir Kuwait akhir pekan ini.

Salah satu tujuan perjalanan itu adalah untuk mencoba membujuk negara-negara Dewan Kerjasama Teluk (GCC) untuk mengakhiri blokade tiga tahun Qatar.

 
Qatar telah berada di bawah blokade udara, darat dan laut yang diberlakukan oleh anggota GCC, Arab Saudi, UEA dan Bahrain, dan non-anggota GCC Mesir, sejak Juni 2017.

Mereka memutuskan hubungan dengan Doha setelah mengklaim itu mendukung 'terorisme'.

Qatar dengan keras menolak tuduhan tersebut, dengan mengatakan 'tidak ada pembenaran yang sah' untuk memutuskan hubungan.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x