Tiongkok Sebut Penyebab Buruknya Hubungan AS-Tiongkok, Bermula dari Masalah di Internal AS

- 23 November 2020, 08:34 WIB
PENERBANGAN pesawat peluncur bom B-1B Lancer di perairan Tiongkok adalah tanda meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan AS.*
PENERBANGAN pesawat peluncur bom B-1B Lancer di perairan Tiongkok adalah tanda meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan AS.* /South China Morning Post/


PR CIREBON - Zheng Yongnian, dekan Advanced Institute of Global and Contemporary China Studies, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Shenzhen, mengatakan masalah dalam negeri AS adalah penyebab awal atas memburuknya hubungan Tiongkok-AS.

Menurut Zheng, model pembangunan ekonomi "neoliberal" yang diperjuangkan oleh AS telah menyebabkan masyarakat terpecah dan jurang kekayaan yang melebar di Barat.  

Dia menunjuk pada kelas menengah yang menyusut di AS, yang katanya telah turun dari 70 persen populasi pada 1980-an menjadi kurang dari setengah sekarang.

Baca Juga: Hubungan Tiongkok-AS Terus Berlanjut, Zheng Sebut Dibawah Kepemimpinan Biden Hanyalah Ilusi

Masyarakat AS yang terpolarisasi, pada gilirannya, telah menyebabkan pandangan bermusuhan tentang dunia luar di mana China "menjadi korban", lanjutnya.

"Hubungan AS-China yang memburuk adalah korban dari masalah internal di AS, dan cerminan eksternal dari masalah internal AS," kata Zheng, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari SCMP pada Minggu, 22 November 2020.

Karena itu, sangatlah naif bagi bisnis China untuk mengharapkan kembali ke masa kejayaan globalisasi.

Baca Juga: Gubernur Anies Baswedan Berlibur Sambil Baca Buku, Netizen: Judul Bukunya Kode Kerass!

Banyak orang China telah mendapat manfaat dari globalisasi dalam beberapa dekade terakhir dengan mengambil komponen dari AS dan menjual produk akhir di pasar global, tetapi lingkungan ini akan berubah di bawah persaingan kekuatan besar antara China dan AS, menurut Zheng.

 Dia mengutip contoh raksasa telekomunikasi Huawei Technologies, yang mengandalkan chip AS tetapi telah terkena sanksi dari Washington, yang mengatakan perusahaan itu berisiko keamanan.

"China menanggapi perubahan tersebut dengan memfokuskan pada produksi dalam negeri produk berteknologi tinggi untuk mengurangi ketergantungannya pada produk impor," tambahnya.

Baca Juga: Terbukti Acara Rizieq Shihab Jadi Klaster Baru, Kemenkes Catat Kasus Positif Baru Mulai Bermunculan 

Ketergesaan China untuk bergabung dengan pakta perdagangan regional adalah pendekatan lain untuk mengamankan posisi negara tersebut dalam rantai nilai global di masa depan, tambahnya.

Presiden Xi Jinping mengumumkan pekan lalu bahwa China akan secara aktif mempertimbangkan untuk bergabung dengan Perjanjian Kemitraan Trans-Pasifik Komprehensif dan Progresif setelah negara itu menandatangani Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional.

 Zheng juga mengatakan perang teknologi antara kedua negara mungkin menjadi lebih buruk setelah Biden menjabat.

Baca Juga: Imbas Acara Rizieq Diduga Terpapar Virus Corona, Polri: Rizieq Shihab akan Jalani Tes Usap Mandiri

"Kita harus punya teknologi sendiri, kita harus mereformasi sistem kita," katanya.  

Zheng memperingatkan, perlindungan hak kekayaan intelektual sangat penting, untuk menanggapi tekanan Barat.

Jika tidak,” bagaimana Tiongkok dapat mempromosikan penelitian independen dan mengembangkan perusahaan lokal? Zheng mempertanyakan.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: SCMP


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x