Ungkap Eksploitasi Bayi Gajah di Atraksi Thailand, dari Diikat Rantai hingga Ditusuk Logam Berduri

29 Juni 2020, 11:06 WIB
SEORANG pawang yang tengah menyiksa gajahnya,* /The Independent/

PR CIREBON - Tak selamanya sejumlah atraksi yang dilakukan gajah dalam sirkus adalah lucu, karena kebanyakan penonton hanya melihat tampilan luar yang begitu ceria, ramah dan ceria dari gajah tersebut.

Terlebih, para pawang gajah itu terlihat amat baik memperlakukan mereka dalam atraksi hingga tak jarang binatang akan mau berinteraksi dengan pengunjung, bagai jalinan kuat yang baik.

Namun rupanya, baru-baru ini World Animal Protection (WAP) berhasil mengungkap kejadian miris di balik atraksi para gajah yang menjadi ciri khas tempat wisata di Thailand dalam sebuah rekaman video.

Baca Juga: Masker Bluetooth Penerjemah Obrolan, Mampu Menyalin Pesan hingga Lakukan Panggilan Telpon

Dalam video tersebut, nampak seekor gajah yang masih berumur 15 tahun itu meratap dan meraung saat dipisahkan paksa dari induknya.

“Sudah terlalu lama, hewan yang cerdas, mudah bergaul ini menjadi korban perdagangan yang kejam yang merenggut bayi gajah dari induknya. Di alam liar, ibu dan anak gajah seharusnya menghabiskan seluruh hidup mereka bersama," ujar Kepala Global Wildlife WAP, Audrey Mealia dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Independent.

Tak berhenti sampai situ, bayi gajah yang telah sendirian itu harus menjalani pelatihan kejam yang tidak biasa ini, mulai dari betis mereka diikat dengan rantai, dikurung dalam kandang sempit selama berhari-hari, hingga ditusuk dengan kait logam berduri.

Baca Juga: Kebobrokan Mental Diungkap usai Bunuh Diri, Istri Prajurit: Berapa Banyak Lagi yang Perlu Mati?

WAP menilai, rekaman tersebut adalah bukti visual pertama dalam hampir dua dekade yang mengungkapkan bahwa pawang gajah terkenal di Thailand ternyata menggunakan praktik kejam ini.

Secara detail, video yang direkam dari Desember 2018 hingga Januari 2020 memperlihatkan delapan bayi gajah di sejumlah penangkaran di Thailand.

Bayi gajah yang terlihat lucu dari luar, ternyata harus melalui penderitaan dengan luka terbuka akibat penusukan.

Baca Juga: Hanya Butuh Rp6 Triliun untuk Kuasai Indonesia, Refly Harun: Sudah Kena Semua, Murah Banget

Bahkan, bayi gajah harus menampilkan atraksi hebat dalam kondisi yang penuh tekanan, sehingga pengunjung hanya mengetahui betapa lenturnya bayi gajah dalam atraksi itu.

"Hewan (gajah) ditakdirkan untuk hidup menderita dan kebrutalan di belakang layar, dieksploitasi secara kejam sebagai penghibur dengan kedok kesenangan yang tidak bersalah bagi pengunjung," jelas Audrey.

Dalam arti lain, para pengunjung pertunjukan telah ditipu untuk percaya bahwa selama ini terjalin ikatan kuat antara pawang dengan gajahnya, sehingga membantu gajah itu terlihat pintar dalam sebuah pertunjukan.

Baca Juga: Mendahului Keputusan Arab Saudi, Otoritas Kerajaan: Indonesia yang Pertama Dukung Pembatasan HajI

Sedangkan tercatat selama ini, sudah ada sekitar 2.800 gajah tawanan yang dieksploitasi dengan menjalani pelatihan kejam dalam beberapa penangkaran di seluruh Thailand.

Untuk itu, WAP menyerukan perombakan atau revisi total kebijakan tentang satwa liar di Thailand dengan tujuan utama untuk mengakhiri perdagangan satwa liar dalam segala bentuknya.

Perombakan kebijakan itu dapat dilakukan dengan melepaskan gajah tawanan ke sebuah penangkaran yang dijaga ketat. Ini lebih baik daripada dilepaskan ke alam liar yang mungkin akan diburu kembali.

Baca Juga: Nakes Asyik Dangdutan di Wisma Atlet, Anji: Tak Berjarak, Apakah Memang Mau Saling Menularkan?

Selain itu, ini juga akan menguntungkan dua pihak, yakni penduduk lokal akan mendapat pekerjaan yang menghasilkan uang, dan gajah pun akan dijaga dengan baik tanpa terluka lagi.

"Industri pariwisata terhenti setelah Covid-19 tetapi akan membangun kembali, ini adalah kesempatan ideal untuk membangun masa depan yang lebih baik," jelas Audrey mengakhiri.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Independent

Tags

Terkini

Terpopuler