Presiden Bank Dunia, Ingatkan akan Resesi Global

26 Mei 2022, 11:30 WIB
Rakyat Sri lanka demo, karena negara mulai kesulitan menyediakan bahan bakar, pupuk dan pangan. Negara ini kesulitan memperoleh dolar. Sri lanka salah satu negara yang mulai terdampak akan situasi ekonomi global./pikiran-rakyat.com /

SABACIREBON-Peringataan Menkeu Indonesia, Sri Mulyani Indrawati tentang masalah ekonomi global menjadi catatan banyak pihak.

Menkeu menyebut tiga tantangan besar yang bakal dihadapi. Dunia akan menghadapi, suku bunga tinggi, inflasi yang bergerak cepat dan perlambatan sektor ekonomi.

Tiga tantangan ini tentu dapat menahan laju pertumbuhan suatu negara dan melemahkan sendi daya beli masyarakatnya, karena inflasi yang naik, menyebabkan nilai tukar jadi bekurang dan posisi tawar dari daya beli masyarakat jadi menurun.

Baca Juga: Calon Gubernur Hujat Gubernur Texas Terkait Penembakan yang Tewaskan 19 Anak

Situasi ini sulit di prediksi. Artinya sampai kapan keadaan ini berlangsung. Dan bagaimana suatu negara menerapkan langkah strategik untuk dapat menahan tiga tantangan global agar negara bisa terhindar.

Hal ini juga ditegaskan oleh Presiden Bank Dunia, David Malpass.
Ia mensinyalir perang Rusia di Ukraina telah memberikan dampak terhadap harga-harga pangan dan energi, serta ketersediaan pupuk.

Ini dapat memicu resesi global, katanya seperti dilaporkan Antara.

Baca Juga: Polresta Cirebon Grebek Markas Geng Motor

Makin terpukul
Malpass mengatakan pada sebuah acara yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang AS bahwa ekonomi Jerman, terbesar keempat di dunia, telah melambat secara substansial karena harga-harga energi yang lebih tinggi, dan mengatakan pengurangan produksi pupuk dapat memperburuk kondisi di tempat lain.

"Ketika kita melihat PDB global ... sulit sekarang untuk melihat bagaimana kita menghindari resesi," kata Malpass. Dia tidak memberikan ramalan khusus.

Dia mengatakan ekonomi Ukraina dan Rusia sama-sama diperkirakan mengalami kontraksi yang signifikan, sementara Eropa, China dan Amerika Serikat mengalami pertumbuhan yang lebih lambat.

Baca Juga: Tiket Indonesia Open 2022 Sudah Bisa Dibeli, dari Rp 90.000- Rp 1.5 Juta

Negara-negara berkembang semakin terpukul karena kekurangan pupuk dan stok makanan serta pasokan energi, katanya.

"Gagasan harga energi dua kali lipat sudah cukup untuk memicu resesi dengan sendirinya," kata dia.

Di China, dia mengatakan perlambatan pertumbuhan yang relatif tajam didasarkan pada pandemi COVID-19, inflasi, dan krisis real estat yang sudah ada sebelumnya yang dihadapi negara itu.

Baca Juga: Mantan Gubernur Sumsel Alex Noerdin Dituntut 20 Tahun Penjara

Bank Dunia bulan lalu telah memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya untuk tahun 2022 hampir sebesar persentase poin penuh, menjadi 3,2 persen dari 4,1 persen, karena dampak dari invasi Rusia ke Ukraina.

Malpass tidak memberikan rincian tentang kapan resesi global bisa dimulai.***

Editor: Aria Zetra

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler