Pria Kulit Hitam yang Ditemukan Menggantung Gaet Reaksi Publik, Sebut Bisa Saja Itu Bukan Bunuh Diri

13 Juni 2020, 10:53 WIB
ROBERT Fuller yang tewas menggantung di sebuah pohon.* //The Daily Beast

PR CIREBON - Polisi di California pada Jumat, 12 Juni 2020 mengatakan seorang pria kulit hitam yang ditemukan digantung di pohon kemungkinan melakukan bunuh diri.

Analisa awal pihak kepolisian itu kemudian menimbulkan gejolak kemarahan masyarakat dan mengatakan pihak berwenang terlalu cepat menarik kesimpulan, karena bisa saja itu menjadi sebuah kejahatan rasial.

Dilansir Reuters, reaksi atas kematian Robert Fuller yang berusia 24 tahun menunjukkan bagaimana ketegangan tinggi seputar ras dan kepolisian berjalan di Amerika Serikat, setelah George Floyd meninggal dalam tahanan polisi di Minneapolis pada 25 Mei.

Baca Juga: Kembali Berpatroli di Laut Cina Selatan, 3 Kapal Induk AS Jadi Tanda Peringatan untuk Tiongkok

Departemen Sheriff Kabupaten Los Angeles (LASD) masih menyelidiki kematian Fuller, yang ditemukan oleh seorang pejalan kaki tengah tergantung di pohon, satu blok dari balai kota di Palmdale, sekitar 30 mil utara Los Angeles, sekitar pukul 3.40 pagi, Rabu.

Kapten Ron Shaffer mengatakan pada pertemuan komunitas yang disiarkan televisi pada Jumat bahwa tampaknya Fuller "mati karena bunuh diri."

Komentar itu menjadi topik perbincangan masyarakat yang menyerukan "kebenaran" dengan anggota audiensi.

Baca Juga: Kencang Kritik Tiongkok di Media, Menlu AS Dikabarkan Bakal Bertemu 'Musuhnya' di Hawaii

Masyarakat juga menuntut untuk mengetahui mengapa LASD mengklaim peristiwa itu sebagai bunuh diri, sementara laporan koroner mengatakan kasus itu masih dilakukan penyelidikan tambahan.

Di media sosial, tagar #JusticeforRobertFuller pun menjadi tren di Twitter. Para pengguna menyerukan penyelidikan penuh tentang kasus yang sedang terjadi.

Sementara itu, Manajer Palmdale City JJ Murphy mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis bahwa ia menerima konfirmasi bahwa kematian Fuller adalah bunuh diri.

Dia tidak memberikan perincian, tetapi mengatakan banyak orang di komunitas itu "menderita kesedihan mental yang ekstrem" selama pandemi virus corona.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler