Berhasil Ungkap Kota Kuno Berusia 2000 Tahun, Arkeolog Sebut Teknologi GPR Jadi Arah Baru Penelitian

11 Juni 2020, 15:15 WIB
Penampakan kota di Italia dari radar penembus tanah (GPR) /AP

PR CIREBON - Teknologi ground penetrating radar atau Radar Penembus Tanah (GPR) resmi menjadi arah baru dari penelitian sejumlah kota kuno Romawi di Italia.

Ini didasarkan pada keberhasilan para arkeolog saat mengungkap Kota Falerii Novi yang merupakan kota bertembok dengan bentangan tanah seluas 75 hektar dan terletak sekitar 30 mil (50 kilometer) utara Roma.

Secara singkat, sejumlah arkeolog yang melakukan penelitian berada dalam pimpinan Profesor Martin Millet dan telah diterbitkan dalam jurnal berjudul Antiquity.

Baca Juga: Menjauhkan Diri dari AS, Uni Eropa Memilih Pendekatan Pragmatis Ke Tiongkok

Konon, Kota Falerii Novi ini dikabarkan sudah berusia lebih dari 2.000 tahun. Dalam detailnya, kota ini didirikan pada 241 SM saat masa Republik Romawi dan dihuni sekitar 700 M pada awal Abad Pertengahan.

Kota ini sendiri memiliki populasi sekitar 3.000 orang dengan detail perangkat kota yang meliputi, kompleks pemandian umum yang luas, bangunan pasar, kuil persegi panjang dengan tiang dekat gerbang selatan kota, dan setidaknya ada 60 rumah besar.

Adapun di dekat gerbang utara terdapat monumen publik dengan serambi bertiang tiga sisi dan sebuah alun-alun terbuka berukuran 40x90 meter.

Baca Juga: Twitter Beri Label Cek Fakta Pada Cuitan yang Hubungkan Konspirasi 5G dengan Covid-19

Sedangkan dalam mengoperasikan kota, Falerii Novi didukung jaringan pipa air yang terletak di bawah blok kota dan itu tidak hanya ada sepanjang jalan, sehingga ini menunjukkan perencanaan kota sudah amat terkoordinasi.

Lebih lanjut, pemindaian GPR ini juga berhasil menangkap rumah pemandian, teater, toko, dan seluruh sistem saluran air dengan detail yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam arti lain, lansiran dari The Sun menyimpulkan bahwa penggunaan teknologi GPR ini jelas dapat merevolusi pemahaman manusia akan permukiman kuno.

Baca Juga: Tolak Klaim Nine Dash Line Tiongkok atas Natuna, DPR: Tak Ada Kompromi terkait Kedaulatan NKRI

Bahkan, teknologi ini memungkinkan para peneliti untuk menyurvei kota yang terperangkap dalam bawah permukaan bumi, tanpa harus melakukan penggalian yang akan memakan cukup banyak waktu.

Sementara itu, GPR dalam proses kerjanya terlihat mirip dengan radar biasa yakni memantulkan gelombang radio dari benda-benda dan menggunakan gema untuk membangun gambar pada kedalaman yang berbeda.

Kemudian, peralatan GPR ini akan ditarik ke permukaan dengan menggunakan sepeda quad. Sehingga, penelitian lapangan hanya akan memakan waktu sekitar tiga bulan saja, jelas mengubah arah penelitian yang memahami kota-kota kuno Romawi.

Baca Juga: Dapat Perhatian Perdana Menteri, Pasangan Youtuber asal Malaysia Dinobatkan Jadi Duta Persatuan

"Ini membutuhkan satu orang sekitar tiga hingga empat bulan di lapangan. Ini benar-benar mengubah cara kita belajar dan memahami kota-kota Romawi," kata Profesor Martin Millet.

Dengan demikian, para arkeolog yang tergabung dalam penelitian Martin Millet akan melanjutkan survei ke kota-kota kuno lainnya, seperti Interamna Lirenas di Italia dan Alborough di Yorkshire Utara.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: The Sun

Tags

Terkini

Terpopuler