PR CIREBON - Tiga jet tempur SU-35S Rusia telah mencegat sebuah pesawat pembom strategis B-52H Amerika Serikat (AS).
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan kalau pesawat pembom AS tersebut diketahui telah mendekati perbatasan Rusia di Samudra Pasifik.
Dikabarkan kalau radar Rusia telah melihat target udara mendekati perbatasan Rusia di Pasifik, sebagai tanggapan tiga pesawat tempur Su-35S dari Distrik Militer Timur Rusia lepas landas.
Baca Juga: Ini Alasan Nama Jennie BLACKPINK Tercantum di Bagian Kredit Akhir Drama Squid Game!
Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Press TV, Pilot Rusia mengidentifikasi target sebagai pembom strategis B-52H Angkatan Udara AS dan kemudian mengawalnya.
Diceritakan kalau pesawat pembom tersebut diusir dari perbatasan, sementara jet Rusia kembali ke pangkalan mereka.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan kalau tidak ada pelanggaran perbatasan Rusia, dalam hal ini pesawat Rusia hanya secara ketat mematuhi aturan internasional untuk penggunaan wilayah udara.
Tidak bisa dipungkiri lagi kalau hubungan AS dan Rusia semakin tegang selama beberapa tahun terakhir ini.
Pasalnya Rusia melihat NATO berkeinginan untuk memperbesar pengaruhnya ke arah timur sebagai kelanjutan dari kebijakan penanganan Perang Dingin Barat dan penyebaran blok militer barat di sepanjang perbatasannya.
Kekhawatiran Rusia semakin meningkat setelah dipicu rencana AS untuk memasang rudal pencegat dan stasiun radar di Polandia dan Republik Ceko.
Pejabat senior Rusia telah memperingatkan bahwa negara-negara yang menjadi tuan rumah bagian dari sistem pertahanan rudal AS juga berisiko menghadapi tanggapan militer jika masalah keamanan Moskow tidak terpenuhi.
Hubungan antara Moskow dan Kiev juga telah tegang sejak konflik meletus di wilayah Donbass timur Ukraina antara pasukan pemerintah Ukraina dan etnis Rusia pada tahun 2014.
Ukraina mengklaim bahwa Rusia memiliki andil dalam konflik tersebut, hal ini disangkal Moskow dengan tegas.
Pada tahun yang sama, semenanjung Laut Hitam Krimea memilih untuk bergabung dengan Rusia dalam sebuah referendum, yang semakin memperumit hubungan yang sudah ada.
Kemudian pada bulan Juni, Rusia mengatakan bahwa mereka telah melepaskan tembakan peringatan dan menjatuhkan bom di jalur kapal perang Inggris untuk mengusirnya keluar dari perairan Laut Hitam di lepas pantai Krimea.
Moskow dan Washington memiliki perbedaan sudut pandang, seperti kontrol senjata, hak asasi manusia, dan keamanan siber.
Mungkin yang masih hangat baru-baru ini adalah pergerakan AS dan Inggris kepada Australia yang secara terang-terang dianggap sebagai langkah agresif.
Seorang pejabat senior keamanan Rusia mengatakan bahwa pakta militer baru antara Australia, Inggris, dan AS adalah langkah serius yang ditujukan kepada Tiongkok dan Rusia.
Nikolay Patrushev, sekretaris Dewan Keamanan Rusia, mengatakan bahwa aliansi AUKUS Australia, Inggris dan AS adalah blok militer yang diarahkan terhadap Rusia dan Tiongkok.
Sebenarnya pendapat global tentang pakta keamanan AUKUS yang baru antara Australia, AS, dan Inggris sangat beragam.
Tetapi Tiongkok dan Prancis diketahui segera mengecam kesepakatan itu, sementara Jepang dan Filipina menyambut AUKUS dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Asia Times.
Sebelumnya menanggapi kerjasama tersebut, Rusia cenderung berhati-hati untuk berkomentar.
Namun beberapa pejabat diplomatik Rusia bersama Tiongkok telah mengungkapkan keprihatinan mereka berkenaan dengan pengembangan kapal selam bertenaga nuklir Australia.
Pasalnya pengembangan kapal selam bertenaga nuklir Australia dengan bantuan AS dan Inggris tersebut merusak Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir dan mempercepat perlombaan senjata di wilayah tersebut.***