Semakin Alot, Analis Sebut Ebrahim Raisi dan Joe Biden Penyebab Kesepakatan Nuklir Menjadi Sulit

6 September 2021, 08:30 WIB
Ilustrasi, Kesepakatan nuklir berlangsung alot dan semakin sulit karena Presiden Iran, Ebrahim Raisi dan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden. / Pixabay.com/wostemme

PR CIREBON - Kesepakatan nuklir berlangsung alot dan semakin sulit karena Presiden Iran, Ebrahim Raisi dan Presiden Amerika Serikat, Joe Biden.

Iran mengatakan sedang mencari keringanan sanksi, sementara AS mengatakan menahan program nuklir Iran adalah prioritas keamanan nasional.

Jadi, kedua negara menyatakan bahwa mereka memiliki kepentingan masing-masing untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015.

Baca Juga: Komite Vaksinasi Inggris Tak Rekomendasikan Anak Sehat Umur 12-15 Tahun Divaksinasi, Ini Alasannya

Tetapi enam putaran pembicaraan di Wina awal tahun ini telah gagal menghasilkan jalan untuk memulihkan perjanjian multilateral tersebut.

Pemilihan Presiden konservatif Ebrahim Raisi di Iran semakin memperumit situasi.

Negosiasi telah dibekukan sejak Juni dengan pemerintah Iran dalam masa transisi. Pekan lalu, parlemen Iran menyetujui kabinet Raisi, tetapi para pihak belum menetapkan rencana yang solid untuk melanjutkan negosiasi dengan AS.

Baca Juga: Rizky Febian Unggah Potret Dirinya Saat Menghancurkan Mobil, Sule: Kunaon A..

Dengan kelompok garis keras mengkonsolidasikan kekuatan di Iran dan Presiden AS Joe Biden mengatasi berbagai krisis di dalam negeri, para analis mengatakan menghidupkan kembali kesepakatan nuklir akan sulit.

Negar Mortazavi, seorang jurnalis dan analis Iran-Amerika, mengatakan dia pesimis tentang prospek pemulihan kembali kesepakatan yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA).

Pemerintah Raisi yang dijalankan oleh para ideolog, lebih tertarik pada hubungan dengan Tiongkok dan Rusia, mereka tidak akan terburu-buru untuk bernegosiasi dengan AS.

Baca Juga: Ditangkap KPK Atas Dugaan Korupsi, Bupati Banjarnegara Minta Bukti: Silahkan Tunjukan yang Memberi Siapa

“Saya siap untuk kemungkinan bahwa pengembalian kesepakatan nuklir tidak akan terjadi,” kata Mortazavi kepada Al Jazeera, seperti dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com.

“Dan ini tidak hanya di pihak Iran, tetapi juga pemerintahan Biden. Joe Biden sendiri meskipun dia berjanji untuk kembali ke JCPOA sepertinya dia tidak mau menghabiskan modal politik yang diperlukan untuk pengembalian ini.”

Iran mengatakan semua sanksi harus dicabut jika ingin mengembalikan kesepakatan nuklir.

Baca Juga: Jepang akan Perpanjang Keadaan Darurat Covid-19 di wilayah Tokyo

Sebagai kandidat, Biden berjanji untuk memulihkan kesepakatan yang membuat Iran mengekang program nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi terhadap ekonominya.

Pemerintah mengatakan pihaknya berusaha membuat kesepakatan itu "lebih lama dan lebih kuat", dan menggunakannya sebagai platform untuk mengatasi masalah yang lebih luas dengan Teheran, termasuk rudal balistik Iran dan kegiatan regional.

Menteri luar negeri Iran Hossein Amir Abdollahian mengatakan Iran setuju untuk melanjutkan pembicaraan Wina.

Baca Juga: Simak! Ini Dia Hari, Angka, dan Warna Keberuntungan Zodiak Cancer, Leo, dan Virgo di Minggu Ini

Kementerian Luar Negeri Iran, Amir Abdollahian mengatakan kepada rekannya dari Jerman, Heiko Maas, bahwa negosiasi harus menghasilkan penghapusan semua sanksi terhadap negara dan memenuhi hak-hak rakyat Iran.

Amir Abdollahian juga menjelaskan bahwa Teheran lebih tertarik pada hubungan di lingkungan terdekatnya daripada memperbaiki hubungan dengan Barat. ***

Editor: Aliyah Bajrie

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler