Pasca Kuasai Afghanistan, Kini Taliban Desak Perempuan untuk Bergabung dengan Pemerintahannya

17 Agustus 2021, 22:00 WIB
Ilustrasi. Taliban pada Selasa, 17 Agustus 2021 mengumumkan 'amnesti' umum mendesak agar perempuan bergabung dalam pemerintahannya. /REUTERS/Stringer

PR CIREBON- Seorang anggota senior Taliban pada hari Selasa, 17 Agustus 2021 mengumumkan "amnesti" umum untuk semua orang di negara itu dan mendesak perempuan untuk bergabung dengan pemerintah.

Pengumuman terkait desakan kepada perempuan untuk bergabung dengan pemerintah itu terjadi beberapa hari setelah Taliban mengambil alih Afghanistan.

Enamullah Samangani, anggota komisi budaya Taliban, mengklaim di televisi pemerintah Afghanistan bahwa perempuan di negara itu tidak punya alasan untuk takut.

Baca Juga: Satu kasus Covid-19 Terdeteksi, PM Selandia Baru Jacinda Ardern Langsung Terapkan Lockdown Nasional

“Imarah Islam tidak ingin perempuan menjadi korban," kata Enamullah Samangani, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Independent.

“Struktur pemerintahan tidak sepenuhnya jelas, tetapi berdasarkan pengalaman, harus ada kepemimpinan yang sepenuhnya Islami dan semua pihak harus bergabung,” sambungnya.

Samangani mengatakan bahwa perempuan “harus berada dalam struktur pemerintahan sesuai dengan hukum Syariah”.

Baca Juga: Usai Sembuh dari Covid-19, Konsumsi 5 Jenis Makanan Ini Bisa Bantu Tingkatkan Daya Tahan Tubuh

Associated Press melaporkan bahwa ini menandai keberangkatan dari terakhir kali Taliban berkuasa ketika perempuan sebagian besar dikurung di rumah mereka.

Dan mereka yang melanggar aturan Taliban menghadapi hukuman cambuk di depan umum dan eksekusi.

Dalam sebuah wawancara dengan BBC, juru bicara Taliban Sohail Shaheen mengatakan bahwa laporan tentang gadis-gadis yang dipulangkan dari sekolah di beberapa bagian negara itu tidak benar.

Baca Juga: Melalui Butter, BTS Tetap Pertahankan Posisi dalam 10 Besar Daftar Tangga Lagu Hot 100 Billboard

Fawzia Koofi, seorang aktivis hak-hak perempuan dan mantan anggota parlemen dikutip oleh NBC mengatakan "perempuan di Afghanistan adalah populasi paling berbahaya atau paling berisiko di negara itu."

Sementara itu, pemimpin Taliban lainnya mengatakan bahwa mereka tidak akan membalas dendam pada mereka yang bekerja dengan pemerintah Afghanistan atau negara asing, tetapi ada laporan tentang tudingan yang sudah terjadi.

Afghanistan menghadapi ketidakpastian besar dengan Taliban sekarang mengendalikan negara itu.

Baca Juga: Jepang dan Mesir Sepakat untuk Bekerja Sama dalam Menjaga Stabilitas di Afghanistan

Mantan presiden Ashraf Ghani melarikan diri dari negara itu pada hari kelompok itu mengambil alih istana kepresidenan.

Ada kekacauan dan ketakutan berikutnya di antara banyak penduduk lokal Afghanistan.

Ratusan orang berlari menuju bandara internasional di Kabul dan beberapa berpegangan pada roda pesawat militer AS yang akan berangkat.

Baca Juga: Maudy Ayunda Ungkap Harapannya di Hari Kemerdekaan Indonesia: Semoga Tertanam Budaya Cinta Belajar

Satu video yang beredar online menunjukkan beberapa pria jatuh hingga tewas begitu pesawat lepas landas.

The Washington Post melaporkan bahwa sisa-sisa manusia ditemukan di lubang roda pesawat Angkatan Udara AS yang berangkat dari bandara Kabul pada hari Senin.

Sementara itu, pada hari Senin, presiden AS Joe Biden mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih bahwa dia berdiri "tepat di belakang" keputusannya untuk menarik pasukan Amerika dari Afghanistan dan mengakui gambaran "menyayat hati" yang terjadi di Kabul.

Baca Juga: Wow, Stray Kids Cetak Rekor Pribadi dengan Pre Order 'NOEASY' Capai Lebih dari 800 Ribu Stok

“Setelah 20 tahun, saya telah belajar dengan cara yang sulit bahwa tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik pasukan AS,” kata Biden.

Adapun, Tiongkok mengatakan bahwa mereka siap untuk mengembangkan “hubungan persahabatan” dengan Taliban.

Dan Reuters, mengutip dua sumber anonim, melaporkan pada hari Selasa bahwa Turki telah membatalkan rencana untuk mengambil alih bandara Kabul setelah pasukan AS menarik diri dari Afghanistan tetapi "siap untuk memberikan dukungan jika Taliban memintanya".***

Editor: Arman Muharam

Sumber: Independent

Tags

Terkini

Terpopuler