Departemen Keamanan Dalam Negeri AS Keluarkan Peringatan Ancaman Terorisme yang Eksploitasi Pandemi Covid-19

14 Agustus 2021, 11:45 WIB
Peringatan ancaman terorisme domestik dikeluarkan oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS di tengah pandemi Covid-19. //PIXABAY/rottonara

PR CIREBON – Departemen Keamanan Dalam Negeri Amerika Serikat (DHS) memperingatkan ancaman domestik meningkat dari ekstremis kekerasan yang dimotivasi oleh pembatasan Covid-19 baru.

Menurut DHS, para ekstremis kekerasan itu mengeksploitasi varian baru Covid-19 untuk melakukan serangan.

Bukan hanya akibat Covid-19, DHS juga menyebut kekerasan dalam negeri terjadi karena ideologi anti-pemerintah yang beredar secara online.

Baca Juga: Beruntung! Seorang Pria Temukan Rp1,2 M di Kulkas Bekas yang Dibeli Online

“Para ekstremis ini mungkin berusaha mengeksploitasi munculnya varian Covid-19 dengan melihat potensi pembatasan kesehatan masyarakat di seluruh negeri sebagai alasan untuk melakukan serangan,” kata buletin DHS.

“Penekanan terkait pandemi telah berkontribusi pada peningkatan ketegangan sosial, mendorong beberapa kekerasan dalam rumah tangga, dan mereka dapat berkontribusi pada lebih banyak kekerasan tahun ini,” lanjut DHS, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Departemen tersebut mengatakan AS terus menghadapi ancaman yang beragam dan menantang menjelang dan setelah peringatan 20 tahun serangan 11 September 2001.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Cinta Mingguan, 16-22 Agustus 2021, untuk Semua Zodiak: Satukan Hati dan Pikiran

Selain itu, hari libur keagamaan juga dinilai dapat berfungsi sebagai katalis untuk tindakan kekerasan yang ditargetkan.

“Ancaman-ancaman ini termasuk yang ditimbulkan oleh teroris domestik, individu dan kelompok yang terlibat dalam kekerasan berbasis keluhan, dan mereka yang terinspirasi atau dimotivasi oleh teroris asing dan pengaruh asing yang memfitnah lainnya,” papar DHS.

Nasihat tersebut merupakan pembaruan dari penilaian sebelumnya dan tidak didasarkan pada informasi ancaman spesifik apa pun, melainkan mewakili analisis DHS tentang kondisi AS.

Baca Juga: Ingin Berdamai, Jerinx Upayakan Keadilan Restoratif dengan Adam Deni

Aparat penegak hukum mengaku telah prihatin dengan potensi jenis baru terorisme domestik di AS setelah serangan 6 Januari di US Capitol oleh pendukung mantan Presiden Donald Trump.

Banyak dari para pendukung Donald Trump itu meyakini bahwa pemilihan presiden AS 2020 penuh dengan kecurangan.

Dalam insiden itu, ribuan pendukung Trump menyerbu barikade polisi dan pos pemeriksaan keamanan untuk menyerbu gedung Capitol AS.

Baca Juga: Ramalan Kartu Tarot 14 Agustus 2021: Taurus Awasi Keuanganmu dan Gemini Gapai Mimpimu dengan Kerja Keras

Sebelumnya, Kongres di Capitol akan mengadakan pertemuan yang menyatakan bahwa Presiden Joe Biden menang dalam pemilihan.

Seorang wanita ditembak oleh polisi dan tiga lainnya meninggal karena kondisi kesehatan. Sedangkan petugas polisi yang bentrok dengan para perusuh meninggal.

Lebih dari 570 orang telah ditangkap sehubungan dengan kerusuhan itu, termasuk 170 orang yang didakwa menyerang atau mengganggu polisi.

Baca Juga: Berakibat Fatal, Berikut 5 Alasan Mengapa Anda Tak Boleh Mengungkit Mantan pada Pasangan!

“Aktor-aktor ini semakin mengeksploitasi forum online untuk mempengaruhi dan menyebarkan narasi ekstremis kekerasan dan mempromosikan aktivitas kekerasan,” kata DHS.

“Ancaman semacam itu juga diperburuk oleh dampak pandemi global yang sedang berlangsung, termasuk keluhan atas langkah-langkah keselamatan kesehatan masyarakat dan pembatasan yang dirasakan pemerintah,” tandasnya.

AS sedang mengalami kebangkitan pandemi Covid-19 ketika varian Delta dari virus corona menyebar dengan cepat di sebagian besar negara.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler