Istri Presiden Haiti yang Terbunuh Buka Suara dan Ungkap Kesaksiannya: Tentara Bayaran Menembaki Suami Saya

11 Juli 2021, 17:30 WIB
Usai dirawat di rumah sakit, istri dari Presiden Haiti yang terbunuh mengungkapkan kesaksiannya saat tentara bayaran menembaki suaminya. //Reuters

PR CIREBON – Istri dari Presiden Haiti yang terbunuh, Jovenel Moise, berbicara untuk pertama kalinya sejak orang-orang bersenjata menyerbu rumah pasangan itu di Port-au-Prince.

Istri Presiden Haiti itu mengatakan serangan yang membunuh suaminya terjadi dalam sekejap mata.

Dalam pesan audio yang diposting di akun resminya, Martine Moise meminta Haiti untuk tidak kehilangan arah setelah serangan yang membuatnya terluka parah.

Baca Juga: Terkait Kasus Narkoba Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie, Anindya Bakrie: Semoga Ini Menjadi Catatan Berharga

"Saya hidup, terima kasih kepada Tuhan," kata Martine Moise dalam bahasa Kreol, dikonfirmasi oleh menteri budaya dan komunikasi Haiti, Pradel Henriquez sebagai asli.

"Saya masih hidup tetapi saya telah kehilangan suami saya Jovenel," tambahnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera.

Jovenel Moise, 53, dibunuh oleh orang-orang bersenjata pada dini hari, Rabu, 7 Juli 2021 lalu.

Baca Juga: Terbongkar Alasan Bassim Rashid Gabung Persib, Ungkap Pengalaman Luar Biasa

Pihak berwenang Haiti menyebut tindakan itu sebagai serangan yang sangat terkoordinasi oleh kelompok yang terlatih dan bersenjata lengkap.

Haiti menyatakan keadaan pengepungan 15 hari segera setelah pembunuhannya, berjanji untuk membawa para pelaku ke pengadilan.

Pihak berwenang Haiti juga mengungkapkan adanya sebuah komando bersenjata yang terdiri dari 28 pria, terdiri dari 26 orang Kolombia dan dua orang Haiti-Amerika.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Gambar Apa yang Pertama Kali Anda Lihat? Hal ini Ungkap Rahasia Dalam Dirimu!

Mereka menyerbu masuk dan menembaki pasangan itu di rumah mereka. Tujuh belas orang telah ditangkap sejauh ini dan setidaknya tiga tersangka tewas, tetapi tidak ada motif yang dipublikasikan.

Martine Moise dilarikan ke rumah sakit Haiti setelah serangan itu dan kemudian dievakuasi ke Miami, Florida, untuk perawatan lebih lanjut.

"Dalam sekejap mata, tentara bayaran memasuki rumah saya dan menembaki suami saya dengan peluru, bahkan tanpa memberinya kesempatan untuk mengatakan sepatah kata pun," katanya dalam pesan audio.

Baca Juga: Rencana Tencent Melakukan Merger Situs Streaming Video Games Terhambat karena Masalah Monopoli

Dia juga mengatakan tentara bayaran dikirim untuk membunuh suaminya karena jalan, air, listrik dan referendum serta pemilihan umum di akhir tahun, sehingga tidak ada transisi di negara itu.

“Saya menangis, itu benar, tetapi kita tidak bisa membiarkan negara kehilangan arah. Kita tidak bisa membiarkan darahnya tumpah dengan sia-sia," tutur Martine Moise.

Jovenel Moise menjabat sebagai presiden sejak 2017 di tengah meningkatnya kekerasan geng yang telah menggusur ribuan orang di seluruh ibu kota Haiti, Port-au-Prince, dalam beberapa pekan terakhir.

Baca Juga: Terkait Pungli Pemakaman Jenazah Covid-19 di TPU Cikadut, Ridwan Kamil: Oknum Sudah Langsung Dipecat

Kekerasan itu juga menyebabkan seorang jurnalis dan aktivis politik terkemuka ditembak mati.

Dalam beberapa bulan terakhir, negara itu telah diguncang oleh protes besar di mana warga Haiti mendesak Moise untuk mundur, dengan mengatakan masa jabatan lima tahunnya berakhir pada Februari.

Pandangan itu dianut oleh para ahli hukum terkemuka, kelompok masyarakat sipil dan oposisi politik Haiti. Tapi Moise bersikeras masa kepresidenannya berakhir tahun depan.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler