Pandangan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett Soal Terpilihnya Presiden Iran yang Baru Ebrahim Raisi

21 Juni 2021, 06:45 WIB
Simak pandangan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett perihal terpilihnya Ebrahim Raisi sebagai Presiden Baru untuk Iran.* /Instagram.com/@naftalibennett

PR CIREBON - Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyebut Presiden Baru Iran sebagai "algojo".

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Al Jazeera, ungkapan Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menggambarkan kemenangan pemilihan Ebrahim Raisi sebagai 'seruan bangkit' terakhir untuk kekuatan dunia sebelum kembali ke perjanjian nuklir dengan Teheran.

Hal ini disampaikan Naftali Bennett saat membuka rapat kabinet pertamanya sejak bersumpah pada pemerintahan koalisi barunya pekan lalu.

Baca Juga: Ramalan Horoskop 21 Juni 2021: Aries, Taurus, dan Gemini Akan Menjadi Salah Satu Hari yang Kurang Baik

Seperti yang kita tahu, Ebrahim Raisi terpilih sebagai Presiden Iran pada hari Sabtu 19 Juni 2021 dengan perolehan suara 62 persen, di tengah jumlah pemilih yang rendah dalam sejarah negaranya.

Di sisi lain, Ebrahim Raisi sempat dijatuhi sanksi oleh Amerika Serikat sebagian atas keterlibatannya dalam eksekusi massal ribuan tahanan politik pada tahun 1988, pada akhir perang Iran-Irak.

Hingga kini, Ebrahim Raisi belum berkomentar secara khusus tentang hal tersebut.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier dan Keuangan, 21 Juni 2021: Libra ini Hari Keberuntunganmu dan Sagitarius Kontrol!

“Dari semua orang yang bisa dipilih (Pemimpin Tertinggi Iran) Khamenei, dia memilih 'algojo Teheran', pria yang terkenal di antara orang Iran dan di seluruh dunia karena memimpin komite kematian yang mengeksekusi mati ribuan warga Iran yang tidak bersalah selama bertahun-tahun,” kata Naftali Bennett pada rapat kabinet di Yerusalem.

Iran dan kekuatan dunia melanjutkan pembicaraan tidak langsung di Wina pada hari Minggu 20 Juni 2021 untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015 yang compang-camping.

Hal ini tentu saja memberikan keringanan sanksi kepada Iran, dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier dan Keuangan 21 Juni 2021: Leo Gunakan Keterampilan dan Virgo Ambilah Risiko!

Para diplomat Iran dan Amerika Serikat telah merundingkan kembalinya kesepakatan itu di Ibu kota Austria melalui perantara Eropa sejak April 2021.

Kesepakatan nuklir penting antara kekuatan dunia dan Iran, yang ditentang Israel, runtuh setelah mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara sepihak menarik negaranya dari perjanjian itu pada 2018.

Keputusan itu telah membuat Iran semakin mengabaikan setiap batasan pengayaan.

Selain itu, Teheran saat ini memperkaya uranium pada tingkat tertinggi yang pernah ada, meskipun masih kurang dari tingkat senjata.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier dan Keuangan, 21 Juni 2021: Aries Berjalan Lancar dan Gemini Seimbangkanlah!

"Kesempatan terakhir bagi kekuatan dunia untuk bangun sebelum kembali ke perjanjian nuklir dan untuk memahami dengan siapa mereka berbisnis," ucap Naftali Bennett.

“Orang-orang ini adalah pembunuh, pembunuh massal, rezim penggantung brutal tidak boleh diizinkan memiliki senjata pemusnah massal yang memungkinkannya untuk tidak membunuh ribuan, tetapi jutaan,” sambungnya.

Israel telah lama menyatakan bahwa mereka menentang program nuklir musuh bebuyutan Iran.

Baca Juga: Dirumorkan Akan Rujuk dengan Gading Marten, Gisel: Nggak Ada yang Pernah Bisa Tahu

Mereka juga akan mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir. Iran menegaskan program nuklirnya dimaksudkan untuk tujuan damai.

Awal bulan ini, kepala intelijen Israel Mossad memberi isyarat bahwa Israel berada di balik serangkaian serangan baru-baru ini yang menargetkan program nuklir negara itu.

Naftali Bennett disebut mengepalai koalisi partai yang luas mulai dari ultranasionalis Yahudi hingga faksi liberal dan sebuah partai Arab yang menggulingkan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Baca Juga: Pilih Salah Satu Gambar Siluet Wanita Berikut, Hasilnya Ungkap Kepribadian Tersembunyi Anda Selama Ini

Ia juga mengirimnya ke oposisi untuk pertama kalinya dalam 12 tahun.

“Fakta bahwa [Bennett] membuat pernyataan dalam bahasa Inggris cukup menarik mengingat dia berbicara di depan kabinetnya, jenis [pertemuan] di mana Anda akan melihat pendahulunya Benjamin Netanyahu berbicara dalam bahasa Ibrani,” terang Harry Fawcett reporter dari Al Jazeera.

“Sehingga, hal ini jelas merupakan pesan yang dirancang untuk dunia yang lebih luas untuk mendorong hal-hal yang menguntungkan Israel dalam hal kemungkinan kesepakatan nuklir Iran dilanjutkan,” pungkasnya.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: Al Jazeera

Tags

Terkini

Terpopuler