Aktivis Sebut Lebih dari 800 Orang Tewas oleh Militer Myanmar: Jumlah Sebenarnya Mungkin Lebih Tinggi

18 Mei 2021, 19:30 WIB
Aktivis Myanmar mengungkapkan bahwa lebih dari 800 orang telah tewas oleh militer hingga kini sejak protes menolak kudeta dimulai. /Dawei Watch/via Reuters

PR CIREBON – Kelompok aktivis Myanmar menyebutkan bahwa telah lebih dari 800 orang tewas oleh militer di negara tersebut sejak gelombang protes meletus di seluruh negeri.

Myanmar berada dalam kekacauan sejak junta militer menggulingkan pemerintahan terpilih dari pemenang Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi dan menahannya bersama pejabat partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).

Militer Myanmar menanggapi protes oleh pendukung pro-demokrasi di kota-kota besar dan kecil dengan kekuatan mematikan.

Baca Juga: Raffi Ahmad Sekeluarga Pergi ke Malang Naik Jet Pribadi, Raffi: Mudah-mudahan Kita Punya

Selain itu, terjadi pula peningkatan pertempuran antara tentara dan pemberontak etnis di daerah perbatasan dan pasukan milisi yang baru dibentuk.

Hingga Senin, 17 Mei 2021, 802 orang telah tewas dalam tindakan keras junta terhadap lawan-lawannya, menurut kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).

"Ini adalah jumlah yang diverifikasi oleh AAPP, jumlah kematian sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi," kata kelompok itu dalam penjelasan hariannya, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Channel News Asia.

Baca Juga: Desak Israel dan Palestina untuk Lindungi Warga Sipil, Menlu AS Antony Blinken: Kami Bekerja di Belakang Layar

Laporan itu merinci enam kematian tambahan termasuk di kota-kota di negara bagian Chin dan di distrik kota utama Mandalay dan Yangon.

Namun, juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon untuk meminta komentar.

Junta sebelumnya memperdebatkan jumlah warga sipil yang tewas dan mengatakan puluhan anggota pasukan keamanan juga tewas selama protes.

Baca Juga: Cara Membuat Iga Bakar Madu yang Gurih dan Lezat ala Chef Sisca Soewitomo

Kelompok aktivis tersebut mengatakan 4.120 orang saat ini ditahan, termasuk 20 orang yang telah dijatuhi hukuman mati.

Pertempuran paling sengit sejak kudeta 1 Februari telah muncul dalam beberapa hari terakhir di Mindat, sekitar 100 km dari perbatasan India di negara bagian Chin, saat tentara bertempur dengan milisi lokal.

Ribuan penduduk di kota perbukitan di barat laut Myanmar bersembunyi di hutan, desa dan lembah pada Senin setelah melarikan diri dari serangan militer.

Baca Juga: Dampak Negatif Kekurangan Vitamin D yang Perlu Kamu Waspadai

Darurat militer diumumkan di Mindat minggu lalu sebelum tentara melancarkan serangannya, menggunakan artileri dan helikopter melawan Pasukan Pertahanan Chinland yang baru dibentuk.

Milisi, yang sebagian besar bersenjatakan senapan berburu, mengatakan mereka mundur untuk menyelamatkan warga sipil dari baku tembak.

Beberapa penduduk mengatakan bahwa persediaan makanan menipis dan diperkirakan sebanyak 5.000 hingga 8.000 orang telah meninggalkan kota.

Baca Juga: Keluarga Rans Pergi ke Malang, Nagita Slavina dan Rafathar Kunjungi Istana Milik Juragan 99

Jalan-jalan diblokir dan kehadiran pasukan di sana menghalangi mereka untuk kembali.

"Hampir semua orang meninggalkan kota. Kebanyakan dari mereka bersembunyi," kata seorang pejuang sukarelawan yang mengatakan dia berada di hutan.

Rancangan resolusi PBB menyerukan militer Myanmar untuk mengakhiri keadaan darurat, menghentikan semua kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai dan menghormati keinginan rakyat seperti yang diungkapkan dalam hasil pemilihan November lalu.***

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Channel News Asia

Tags

Terkini

Terpopuler