Jurus dr Tirta Tumpas Covid-19 di Pelosok Indonesia, Kearifan Lokal Bisa Turunkan Angka Positif

- 6 September 2020, 12:44 WIB
dr Tirta / Instagram / @dr.tirta
dr Tirta / Instagram / @dr.tirta /

PR CIREBON - Dokter Tirta Mandira Hudhi sedang giat menjadi relawan Covid-19 sampai saat ini, sehingga ia menilai penerapan dengan pendekatan kearifan lokal perlu dilakukan untuk mengkampanyekan penanganan Covid-19.

Salah satunya adalah Surabaya yang bisa didekati masyarakatnya dengan melibatkan kelompok Bonek.

"Sebagai contoh di Surabaya. Kita datang ke sana serta mengevaluasi dan melakukan pendekatan kearifan lokal dengan melibatkan bonek," ungkap dia dalam diskusi daring bertajuk 'Suka Duka Dokter dan Relawan Menyosialisasikan Gerakan Pakai Masker', seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.

Baca Juga: Tak boleh Abaikan Isu Indonesia Jadi Target Pangkalan Militer Tiongkok, DPR: Ini Peringatan dari AS

Menurut dr Tirta, penyebab yang membuat banyak masyarakat Surabaya tidak patuh penerapan protokol kesehatan adalah karena adanya informasi hoaks yang mengatakan Covid-19 hanya sebuah konspirasi.

"Setelah mengetahui masalahnya, kita berkoordinasi dengan bonek dan membagikan masker," jelas dia.

Namun demikian, bukan hanya di Surabaya, pendekatan kearifan lokal juga dapat dilakukan di Jakarta, Bali dan daerah lainnya.

Artinya, keberhasilan kampanye penanganan Covid-19 yang menyentuh lapisan terbawah masyarakat, dapat terjadi dengan pendekatan kearifan lokal masing-masing daerah.

Baca Juga: Banyak Orang Salah Paham Program Kemenag, Ditjen: Penceramah Bersertifikat Tidak Ada Konsekuensi

Apalagi tiap daerah di Indonesia sudah pasti punya kearifan lokal yang berbeda, membuat pendekatan kampanye penanganan Covid-19 juga berbeda.

Dalam contohnya, dibandingkan masyarakat Jakarta tidak bisa sosialisasi penggunaan masker di Jakarta tidak bisa dengan cara berdebat atau represif kepada masyarakat. Namun sebaliknya, hal itu mungkin bisa dilakukan di Surabaya karena adanya tokoh Bung Tomo yang berbicara lantang dan keras.

"Kalau di Surabaya agak keras sedikit tidak masalah. Contohnya Bung Tomo yang berbicara lantang dan keras melalui radio," katanya.

Baca Juga: Siapa Sangka, Maut Jemput saat Asyik Orasi Pilkada Halmahera Utara, Golkar: Kami Harus Cari Gantinya

Kemudian beirkutnya, Masyarakat Buleleng, Bali bisa dilakukan pendekatan yang melibatkan pecalang atau polisi adat Bali, dinilai paling pas untuk mengkampanyekan gerakan pakai masker.

Bahkan, masyarakat Bali nampak lebih patuh pakai masker dibanding menggunakan helm karena apabila tidak menggunakan masker akan ada saksi "push up" dan denda.

"Di Jakarta, tidak bisa pakai denda. Harus pakai medsos dengan menggunakan konten kreatif," katanya.

Baca Juga: Ajarkan Pelajar Surabaya Memanusiakan Manusia, Tri Rismaharini Dadakan Jadi Guru Sekolah Daring

Sedang paling konkret kebudayaan adalah Yogyakarta, membuat satgas Covid-19 harus memakai pendekatan kearifan lokal yang melibatkan Sri Sultan Hamengku Buwono X dan UMKM.

"Cara paling efektif agar masyarakat gunakan masker ialah kearifan lokal," demikian pernyataan dr Tirta.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x