Maha Kuasa Allah SWT atas segala sesuatu. Bahwa, Dia mampu melakukan apa pun yang dikehendaki-Nya.
Allah SWT tidak perlu ditolong oleh siapa pun. Lantas, apa maksud dari ‘menolong’ Allah yang disyaratkan agar Allah menolong kita dalam ayat tersebut?
Sebelum menjelaskan tafsir dari kalimat ‘menolong’ Allah, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an mengajukan sebuah pertanyaan, ‘Bagaimana cara orang-orang beriman menolong Allah?’.
Lantas dijawabnya sendiri pertanyaan itu, “Sesungguhnya mereka memurnikan Allah dalam hati mereka dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu,baik syirik yang nyata maupun yang tersembunyi, serta tidak menyisakan seseorang atau sesuatu pun bersama-Nya di dalam dirinya.
Dia menjadikan Allah lebih dicintai dari apapun yang dia cintai serta meneguhkan hukum-Nya dalam keinginan, aktivitas, diam, saat sembunyi-sembunyi, terang-terangan maupun saat malunya, maka Allah akan menolongnya dalam segala urusannya.”
Sayyid Qutb menegaskan, bahwa banyak orang yang mampu tetap teguh terhadap suatu ujian dan cobaan. Namun, sedikit sekali yang tetap teguh ketika diberi kebahagiaan dan kenikmatan hidup. Itulah tafsir kalimat ‘Dia akan menolongmu dan meneguhkan pendirianmu’.
Bahwasannya, keteguhan dan kesalehan hati di atas kesuksesan hidup, merupakan derajat yang tinggi, bahkan lebih tinggi dari kesuksesan itu sendiri.
Siapa pun orang yang mampu ‘menolong’ (agama) Allah, dengan bersikap tetap istiqomah, yakni tetap berjalan di atas jalan Allah, tidak menyekutukan-Nya, menaati segala perintah-Nya, serta menjauhi segala larangan-Nya, maka Allah akan mengokohkan pendiriannya serta memantapkan hatinya.