Tetapi, harus dibuktikan dengan tindakan yang nyata dengan berbagi kenikmatan dan kebahagiaan yang didapat kepada sesama.
Para ahli hikmah menyatakan bahwasannya suatu kebahagiaan yang sesungguhnya adalah ketika kita bisa berbagi kebahagiaan atau membahagiakan orang lain.
Sungguh akan menjadi semu, bilamana kebahagiaan hanya dinikmati sendiri saja.
Ketika kita berjumpa dengan seseorang, lalu kita menyapa dengan senyuman, tentunya orang yang dikasih senyuman itu pun akan membalas kita dengan senyuman.
Contoh lain, ketika kita memberikan sedekah kepada pengemis, dia akan mengucapkan terima kasih.
Saat itu akan terasa suatu kebahagiaan dalam hati kita, bukan semata-mata dari ucapan terima kasih pengemis tadi, tetapi karena kita bisa berbagi dengan orang lain.
Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Larangan Mudik Dicabut dan Dibolehkan Asal Bayar Denda?
Menjadi sunnatullah, semakin banyak berbagi dengan orang lain, maka semakin besar kebahagiaan yang bakal kita peroleh, serta semakin berkelimpahan kehidupan kita.
Semakin kita bermakna bagi orang lain, semakin nikmat pula kita menjalani hidup. Semakin bermanfaatnya kita untuk banyak orang, akan semakin berkah kehidupan kita. Begitu pun sebaliknya.