Apakah Perlu Terapkan 3M Setelah Divaksin? Berikut Penjelasannya

- 26 Desember 2020, 21:32 WIB
Apakah Perlu Terapkan 3M Setelah Divaksin? Berikut Penjelasannya, Foto Ilustrasi Vaksin.*
Apakah Perlu Terapkan 3M Setelah Divaksin? Berikut Penjelasannya, Foto Ilustrasi Vaksin.* /Andi Syahidan


PR CIREBON - Anda yang telah mendapatkan vaksin Covid-19 harus tetap mematuhi protokol kesehatan dengan cara mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M).

Dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Antara News, hal itu dilakukan untuk melindungi diri dan orang lain dari penyakit akibat virus SARS-CoV-2.

Internis di University of Illinois School of Public Health, Jay Bhatt dan dokter di Massachusetts, Shazia Ahmed sepakat protokol kesehatan (3M) menjadi alat utama untuk mencegah infeksi dan penularan virus.

Baca Juga: Pusing Tunjangan Anaknya, Ayah Warga Italia Ini Bunuh Kedua Anaknya Lalu Bunuh Diri

Mengenakan masker wajah misalnya, dapat mengurangi risiko infeksi hingga 70 persen.

Mereka mengungkapkan, mendapatkan vaksin artinya mengajarkan tubuh cara melawan virus tanpa benar-benar merasa sakit. Artinya masih ada sedikit kemungkinan akan terjadi penularan.

Jadi, untuk mengatasi pandemi secara efektif, semua orang harus mengurangi paparan virus dengan 3M dan mendukung kampanye vaksinasi.

Baca Juga: Gadis 13 Tahun di Amerika Serikat Didakwa Pembunuhan Pria Berusia 35 Tahun

Di sisi lain, ada alasan Anda perlu terus memakai masker (dan mempraktikkan pedoman keselamatan lain yang disarankan) selama dan setelah vaksinasi, salah satunya vaksinasi tidak memberikan kekebalan instan.

Vaksin Pfizer, BioNTech dan Moderna membutuhkan dua dosis yang diberikan dengan jarak dua minggu.

Bergantung pada vaksinnya, perlu waktu empat hingga enam minggu sejak pemberian dosis awal untuk mencapai tingkat kekebalan dan perlindungan yang sebanding seperti dalam uji klinis.

Baca Juga: Setelah Disuntik Vaksin Moderna, dokter di Boston AS Alami Alergi, Kembali Normal Esok Harinya

Selama waktu ini, Anda masih mungkin tertular infeksi dan jatuh sakit akibat Covid-19.

Lebih lanjut, uji coba vaksin tidak melacak apakah peserta memakai masker. Mengingat kurangnya data, tidak jelas apakah kemanjuran vaksinasi ada hubungannya dengan peserta uji coba vaksin yang mengikuti langkah-langkah keamanan kesehatan masyarakat, seperti memakai masker.

Alasan lainnya, ada kemungkinan penyedia layanan kesehatan tidak meniru uji klinis terkontrol. Faktor-faktor seperti bagaimana vaksin disimpan, diangkut, diberikan dapat menentukan keefektifan vaksin.

Baca Juga: Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 di Libur Panjang Nataru, Kemenkes Siapkan Langkah-langkah Antisipatif

Selain itu, ambang batas kekebalan kelompok untuk Covid-19 tidak diketahui. Kekebalan kelompok terjadi ketika cukup banyak populasi yang terpapar virus, biasanya melalui vaksinasi, dan membatasi kemampuan virus untuk menyebar.

Persentase penduduk yang membutuhkan imunisasi untuk mencapai kekebalan kelompok bervariasi menurut penyakit. Pada kasus campak misalnya, sebanyak 95 persen populasi perlu divaksinasi untuk membatasi penyebaran.

Sementara untuk Covid-19, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) bahkan belum menetapkan ambang kekebalan kawanan.

Baca Juga: Varian Covid-19 Baru Muncul Juga di Prancis, Ditemukan Pertama Kali dari Warga Kebangsaan Inggris

Hal lainnya yang menjadi pertimbangan, durasi kekebalan vaksin yang tidak diketahui. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memerlukan median dua bulan data setelah penyelesaian rejimen vaksinasi.

Kabar baiknya, sel memori sistem kekebalan tubuh yang mengidentifikasi infeksi dan meningkatkan respons kekebalan, bertahan lebih dari enam bulan pada pasien Covid-19 tertentu.

Dari sisi penularan, saat ini belum ada kejelasan apakah vaksin mencegah penularan Covid-19. Dalam uji klinis mereka, baik Pfizer, BioNTech maupun Moderna, tidak melacak kasus infeksi tanpa gejala dengan Covid-19.

Baca Juga: Bom Meledak di Mobil Polisi Afghanistan, Petugas Polisi Tewas dan Warga Sipil Terluka

Hal ini berarti kemampuan vaksin untuk menurunkan penularan tidak pernah dievaluasi. Penelitian selanjutnya perlu mengevaluasi apakah vaksinasi menurunkan penularan virus sebelum pihak medis dapat mengevaluasi kembali peran langkah-langkah kesehatan masyarakat.

Vaksin yang dibuat, diuji dalam 10 bulan terakhir ini menawarkan tingkat kemanjuran lebih dari 94 persen. Sejauh ini, tidak ada kejadian buruk yang serius.

Setiap individu yang memenuhi syarat perlu mendapatkan vaksin. Vaksinasi secara signifikan mengurangi risiko sakit, tetapi ini tidak menandakan berakhirnya tindakan kesehatan masyarakat seperti 3M.

Baca Juga: Hadiri Perayaan Natal Virtual dengan WNI di AS, Menag Yaqut Tegaskan akan Tindak Tegas Intoleransi

"Kita harus terus mengikuti langkah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk mengurangi paparan virus corona seperti memakai masker, cuci tangan dan menjaga jaga jarak," demikian kesimpulan Bhatt dan Ahmed sebagaimana dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari ABC News.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: ABC News Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x