Pria Membutuhkan Perawatan Intensif dari Infeksi Covid-19, Jika Dibandingkan Wanita, Kok Bisa?

- 11 Desember 2020, 19:09 WIB
Pria Membutuhkan Perawatan Intensif dari Infeksi Covid-19, Jika Dibandingkan Wanita, Kok Bisa?Ilustrasi Covid-19. /Pixabay/Eduardo RS
Pria Membutuhkan Perawatan Intensif dari Infeksi Covid-19, Jika Dibandingkan Wanita, Kok Bisa?Ilustrasi Covid-19. /Pixabay/Eduardo RS /



PR CIREBON – Pria tiga kali lebih mungkin membutuhkan perawatan intensif dari infeksi virus Corona daripada wanita, dan juga memiliki risiko kematian yang lebih besar, menurut sebuah studi global baru.

Analisis lebih dari 3 juta kasus di seluruh dunia yang diterbitkan dalam jurnal Nature Communications  menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dalam proporsi kedua jenis kelamin yang saat terinfeksi.

“Tetapi begitu dinyatakan positif Covid-19, pasien laki-laki memiliki kemungkinan hampir tiga kali lipat untuk masuk unit perawatan intensif dan kemungkinan kematian lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan,” kata penelitian tersebut, dikutip Pikiranrakyat-Cirebon.com dari New York Post.

Baca Juga: Diduga Melanggar Peraturan, Dua TPS di Indramayu Harus Gelar Pemungutan Suara Ulang

Angka kematian juga diperkirakan 1,4 kali lebih mungkin terjadi pada pria.

Para peneliti yang berasal dari University College London dan University of Cape Town menggunakan data dari 46 negara berbeda dan 44 negara bagian AS untuk mengkonfirmasi apa yang sampai sekarang hanya merupakan tanda-tanda perbedaan yang bersifat anekdot.

“Dengan sedikit pengecualian, bias jenis kelamin yang diamati pada Covid-19 adalah fenomena dunia,” kata penelitian tersebut.

Baca Juga: Jusuf Kalla Kunjungi Wapres Ma’ruf Amin, Bahas Apa Aja?

"Konfirmasi tentang perbedaan jenis kelamin dengan data global memiliki implikasi penting bagi tanggapan kesehatan masyarakat yang berkelanjutan terhadap pandemi ini," tegasnya.

Studi tersebut mencatat beberapa perbedaan sosio-budaya dan perilaku berbasis gender yang dapat berkontribusi pada perbedaan jenis kelamin, dengan laki-laki lebih cenderung merokok, pergi ke kerumunan dan tidak mencuci tangan dengan sabun.

Penyebab yang lebih mungkin, lanjutnya, adalah perbedaan mendasar dalam respon kekebalan antara pria dan wanita, dan mencatat bahwa hormon testosteron menekan sistem kekebalan.

Baca Juga: Kapolda Metro Jaya Siap Tindak Tegas Ormas Manapun Berupaya Merusak Tenun Kebinekaan Indonesia

"Menariknya, terapi kekurangan testosteron untuk kanker prostat telah dikaitkan dengan hasil yang lebih baik untuk Covid-19, menunjukkan bahwa penekanan respons kekebalan oleh testosteron, serta efek perlindungan dari estrogen, dapat mendasari bias jenis kelamin yang diamati," jelas studi tersebut.

Data ini, menurut studi itu, berimplikasi pada manajemen klinis Covid-19 dan menyoroti pentingnya mempertimbangkan jenis kelamin sebagai variabel dalam penelitian fundamental dan klinis.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: nypost


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x