Vaksin Sinovac Diragukan Banyak Ahli Negara Barat, Tiongkok Pastikan Vaksinnya Tak Ada Efek Samping

17 September 2020, 10:15 WIB
Seorang dokter menunjukan vaksin Sinovac.* /AP/Eraldo Peres/ /

PR CIREBON – Tiongkok, sebagaimana diketahui semua orang, adalah asal pandemi Covid-19, tetapi saat ini mereka tengah gencar membuat vaksin Covid-19 sebagai upaya untuk mencegah dan menghentikan laju penularan yang disebabkan oleh Virus SAR-Cov-2 tersebut.

Tiongkok dikabarkan telah menyuntikan vaksin Covid-19 ini kepada puluhan ribu warganya sebagai eksperimental dan menarik minat internasional dalam perkembangannya.

Sementara itu, para ahli dari negara Barat mengkhawatirkan terkait keamanan obat yang belum selesai pengujian standar tersebut.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Warta Ekonomi,  bulan Juli lalu, Beijing telah meluncurkan program penggunaan darurat vaksin.

Baca Juga: Ahok Serang Diri saat Kritik Pertamina, DPR: Cacat Sekali, Sudah Tak Awasi kok Malah Teriakkan Aib

Pemerintah menawarkan tiga suntikan eksperimental yang dikembangkan oleh unit raksasa farmasi milik negara National Pharmaceutical Group (Sinopharm) dan Sinovac Biotech SVA.O.

Sementara itu, vaksin Covid-19 keempat, saat ini tengah dikembangkan oleh CanSino Biologics 6185. HK telah disetujui untuk digunakan oleh militer Tiongkok pada Juni.

Kepala ahli biosafety di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Guizhen Wu, mengungkapkan pada pekan ini, bahwa dia juga telah disuntik pada April.

Guizhen mengungkapkan bahwa hingga saat ini, orang-orang yang telah disuntik vaksin, dalam keadaan baik-baik saja, tidak menunjukan efek apapun.

Baca Juga: Kritik Ahok ke Pertamina Tuai Apresiasi, Pengamat: Sudah Maju Terus Saja, Libas Semuanya

"Sejauh ini, di antara orang-orang yang divaksinasi, tidak ada yang sakit akibat penyakit itu. Sejauh ini (skema vaksinasi) bekerja dengan sangat baik. Tidak ada efek samping yang terjadi," ujar Guizhen.

Komentar Wu secara luas sejalan dengan komentar China National Biotech Group (CNBG) yang merupakan unit Sinopharm bahwa tidak ada satu pun dari puluhan ribu orang yang bepergian ke negara dan wilayah berisiko tinggi setelah divaksinasi telah terinfeksi.

Hingga saat ini, diklaim tidak ada kasus reaksi merugikan.

Sementara itu, Uni Emirat Arab (UEA) telah mengizinkan penggunaan darurat vaksin Sinopharm tersebut pada pekan ini.

Baca Juga: Gelar Rakor dengan 9 Provinsi Penyumbang Covid-19 Terbanyak, Luhut Minta Rincian Data Kasus

Izin darurat internasional ini menjadi yang pertama untuk salah satu vaksin, hanya enam minggu setelah uji coba pada manusia dimulai di negara Teluk Arab.

Pejabat UEA melaporkan efek samping ringan dan diharapkan, tetapi tidak ada efek samping yang parah, selama uji coba tersebut.

Akan tetapi, pendekatan Tiongkok tersebut bertentangan dengan banyak negara di bagian Barat, para ahli memperingatkan agar tidak mengizinkan penggunaan vaksin darurat yang belum menyelesaikan pengujian.

Keputusan itu mempertimbangkan  atas dasar kurangnya pemahaman tentang kemanjuran jangka panjang dan potensi efek samping.

Baca Juga: Heran Izin Konser Pilkada saat Musisi Masih Dilarang Tampil, Anang: KPU kok Kontradiksi Aturan Pusat

Begitu pun menurut Anna Durbin, seorang peneliti vaksin di Universitas Johns Hopkins, dia menggambarkan program penggunaan vaksin darurat China sebagai hal yang sangat bermasalah.

Dia mengatakan, tidak mungkin untuk menilai kemanjuran tanpa kelompok pengawasan standar uji klinis.

"Anda memvaksinasi orang dan Anda tidak tahu apakah itu akan melindungi mereka," kata Durbin menekankan penerima vaksin eksperimental dapat menghindari tindakan perlindungan lainnya.

Keamanan vaksin menjadi fokus utama pekan lalu ketika AstraZeneca Plc AZN.L menghentikan uji klinis tahap akhir dari vaksin Covid-19.

Baca Juga: Heran Izin Konser Pilkada saat Musisi Masih Dilarang Tampil, Anang: KPU kok Kontradiksi Aturan Pusat

Perusahaan melanjutkan uji coba di Inggris selama akhir pekan setelah menerima lampu hijau dari pengawas keamanan.

Rusia adalah salah satu dari sedikit negara lain yang mengizinkan penggunaan vaksin eksperimental. Kremlin mewajibkan vaksin "Sputnik V" milik negara itu untuk diberikan kepada kelompok tertentu, termasuk guru.

Sedangkan, India sedang mempertimbangkan otorisasi darurat untuk vaksin, terutama untuk orang tua dan orang-orang di tempat kerja yang berisiko tinggi.

Sementara itu, Zhang Yuntao, selaku Wakil presiden CNBG, mengatakan perusahaannya telah menerima minat dari negara asing untuk membeli sekitar 500 juta dosis vaksin eksperimentalnya.

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Warta Ekonomi

Tags

Terkini

Terpopuler