Bergejala Mirip Corona, Dokter Berikan Saran Atasi Psikosomatik yang Berawal dari Pikiran

22 Juni 2020, 12:49 WIB
ILUSTRASI, seorang dokter menunjukkan alat tes swab virus corona berupa Polymerase Chain Reaction diagnostic kit (PCR) .* //ANTARA

PR CIREBON - Maraknya pemberitaan kasus positif Covid-19 yang selalu menembus rekor baru tiap harinya, juga membuat masyarakat merasa khawatir hingga terwujud dalam gejala mirip corona.

Ini berawal dari pemikiran dalam diri yang merasa kemungkinan akan terpapar virus mematikan tersebut. Meskipun, deretan gejala itu ternyata hanya gejala palsu atau kerap disebut psikosomatik. Biasanya gejala ini akibat dari kecemasan berlebih hingga membuat seseorang merasa stres.

Inilah yang membuat seorang pakar psikosomatik, Dokter Rudi Putranto menyatakan beberapa pandangannya untuk mengatasi gejala palsu tersebut.

Baca Juga: Donald Trump Kembali Lontarkan Kalimat Rasis dalam Kampanye, Sebut Covid-19 sebagai 'Kung Flu'

Sebelum lebih jauh, Dokter Rudi sendiri dikenal sebagai sosok pakar yang berasal dari Divisi Psikosomatik dan Paliatif Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI).

Dijelaskan Dokter Rudi, gangguan psikosomatik bisa terjadi saat seseorang terlalu banyak menerima informasi yang bersifat negatif. Inilah yang membuat timbulnya perasaan cemas secara berlebihan, terlebih otak manusia lebih mudah menerima hal-hal negatif dibandingkan hal-hal positif.

Kemudian, informasi negatif tersebut akan menstimulasi hormon stres dan hormon lainnya yang merangsang organ tubuh bekerja sedikit lebih keras dari biasanya seperti jantung berdetak lebih cepat, paru-paru terasa sesak, nyeri pada perut, nampak terasa demam padahal suhu tubuh dalam kondisi normal yang akhirnya membuat daya tahan tubuh menurun dan lebih mudah terkena penyakit.

Baca Juga: Gempa Dini Hari Landa Selatan Jawa, Pakar BMKG Sebut Akibat Perubahan Bentuk Batuan

Dalam konferensi pers di Graha BNPB, Dokter Rudi menjelaskan bahwa gejala palsu itu dapat hilang dengan sendirinya, bila orang yang bersangkutan merelaksasi tubuh dan pikirannya.

“Kalau ini reaksi tubuh dan kita dapat menyadari itu, istirahat sebentar dan relaksasi maka reaksi tersebut akan hilang,” jelas Rudi seperti yang dikutip dari kanal YouTube BNPB Indonesia.

Selain itu, Dokter Rudi juga menjelaskan bahwa gejala psikosomatis memberikan perubahan psikologis yang dapat memengaruhi kondisi fisik, jika tubuh tak mampu beradaptasi dengan baik.

Baca Juga: Iklan Surat Kabar Tennessee Sebut 'Islam' akan Meledakkan Bom Nuklir di Nashville

Salah satunya dapat terjadi pada orang sehat, gangguan psikosomatik akan membuat diri merasa sakit atau orang yang sedang mengalami sakit ringan, tetapi bila orang itu sudah menderita penyakit bawaan akan merasa lebih parah dan tak terkontrol.

“Psikosomatik bisa memicu penyakit yang sudah ada. Bagi yang memiliki darah tinggi bisa menjadi tidak terkontrol. Yang memiliki diabetes gula darahnya bisa tidak terkontrol,” tutur Rudi.

Dengan demikian, mengakhiri penjelasan, Rudi berpesan agar masyarakat membatasi penerimaan informasi terkait pandemi, minimal dua kali dalam sehari dan tidak lebih dari 30 menit.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: YouTube Sobat Dosen

Tags

Terkini

Terpopuler