Major Label 'Istirahat' Kini Beralih ke YouTube, Persaingan Makin Ketat

12 April 2023, 22:48 WIB
Danto Suganda, Wartawan Senior dan pengamat musik. /DantoS/


MEMANG benar. Bukan hoaks. Kalau dikatakan industri musik rekaman di Tanah Air lagi "istirahat" total. Itu berlangsung sudah dua tahunan lebih, sejak dilanda wabah covid 19 asal Cina.

Kini tak ada produser rekaman, atau lebih dikenal dengan istilah major label, yang merilis album musik dan lagu baru. Produk album rekaman kaset pita, CD dan VCD kini hanya tinggal kenangan.

Juga tak terdengar lagi ada album yang cepat laris. Padahal jumlah album yang laku, secara otomatis, itu menunjukan ada lagu ngetop.

Bisa dilihat dari catatan estimasi Wikipedea, mengenai album musik dan lagu (ngehits) yang terjual laku di pasar musik kita. Dari kanal ini, dilansir penjualan yang fenomenal, album/lagu milik Nike Ardilla tajuk "Bintang Kehidupan" terjual 6 juta kopi (1990). Lalu ada album/lagu Ariel Noah berjudul "Bintang di Surga" laku 2,7 juta keping (2004) dan album/lagu "Ningrat" laku 1,8 juta kopi (2000).

Baca Juga: 3 Karyawan Dituding Lakukan Pelanggaran Berat, Ketidaktegasan Pimpinan Perumdam TDA Indramayu Disoal Warga

Catatan itu perlu diungkap, sebagai indikator bahwa industri rekaman musik di Tanah Air, sebelumnya, berjalan normal dan semarak. Major label aktif pun ada 10 perusahaan, bersaing merilis album yang baru terbaiknya. Di antaranya Sony Music, Musica Studio, Aquarius, Musikindo hingga studio rekaman Universal.

Mereka begitu selektif "melempar" album musik band dan penyanyi baru hingga yang terkenal. Yaitu Rosa, Tulus, Raisa, Dewa 19, Ari Lasso, Noah, D'Masiv, BCL, Keisya dan masih seabreg lainnya.

Namun karena gara-gara covid 19, mereka semua harus pada beralih ke channel YouTube, dengan bikin dan merilis single video klip. Atau lebih dikenal video indie label. Dari mulai proses hingga menjadi video klip dari dana kantong sendiri.

Baca Juga: Ada 5 Laporan Pimpinan KPK pada Polda Metro Jaya

Bersaing ketat

Persaingan bisnis album produksi rekaman, boleh dibilang, ada batas. Dalam arti. Persaingan itu hanya antara karya baru dengan karya yang gres. Berbeda sekali dengan di channel YouTube, bisa dibilang full kompetisi. Pokoknya karya yang di YouTube itu semua pesaing.

Kalau album rekaman yang ngetop dilihat dari jumlah album laku. Tapi di kanal YouTube cukup klikers-nya. Berapa banyak viewers video klip. Itu bisa jadi acuan sebagai musik dan lagu yang populer.

Seperti di infokan YouTube, video klip domestik yang ngetop dan banyak ditonton di tahun 2023, video klip "Tak Ingin Usai" milik Keisya Levronka diklik 151 juta kali. Lalu ada single "Hati Hati di Jalan"-nya Tulus ditonton 102 juta kali.

Baca Juga: Putusan Banding PT DKI, Ferdy Sambo Tetap di Hukum Mati. Putri dan Kuat Maruf?

Perlu diketahui, kini ada 80 jutaan musik dan lagu di YouTube. Yang tradisi hingga moderen. Dari Genre musik pop, rock hingga metal. Dari yang maenstream, progresif hingga multi alternatif.

Dan video klip karya domestik di kanal YuoTube pun ada seabreg. Mulai dari video klip baru (ada Zipa hingga Keisya), lawas (Koes Plus, Rollies hingga Panber) dan video klip dirilis ulang (Badai Pasti Berlalu Chrisye dibikin versi Ariel Noah).

Bisa dibayangkan begitu kompetitif di channel itu, baru itu antara karya domestik. Kita tidak usahlah bicara pesaing dari barat atau K-Pop yang sudah mendunia. Walaupun karya musik dan lagu itu universal.

Baca Juga: Anggota Komisi 8 DPR Maman Imanulhaq Ajak Pelaku UMKM Urus Sertifikat Halal

Meskipun begitu. Tapi tetap saja YouTube menjadi favourit bagi musisi dan solois, sebagai media promosi bagi karyanya. Mereka berlomba-lomba menayangkan video klipnya.

Mengingat jumlah viewers YouTube di dunia 2.5 milyar dan di Indonesia 139 juta, tentu menggiurkan bagi pebisnis industri musik. Jumlah itu erat kaitan dengan bisnis. Jumlah identik puluhan juta rupiah.

Dengan demikian cukup jelas, kalau YouTube, kini sudah jadi kiblat baru bagi industri musik Tanah Air. Juga jadi ladang bisnis menggiurkan bagi semua pelaku bisnis industri musik. Dan ini penting, kreatif musisi tak diganjal major label lagi.*** (DantoS)

Editor: Otang Fharyana

Sumber: Tulisan Opini

Tags

Terkini

Terpopuler