Tak Hanya Jawa, Papua Juga Miliki Warisan Kain Batik Khas Nusantara yang Sarat Makna

1 Oktober 2021, 14:30 WIB
Tidak hanya di Jawa, Papua juga memiliki warisan kain batik khas nusantara dengan beragam motif yang sarat makna. /Dok Infobatik.com

PR CIREBON – Kain batik, bukti nyata warisan budaya khas Nusantara yang masih bertahan hingga saat ini. Tak hanya Jawa, Papua juga memiliki kain batik khas daerahnya.

Siapa yang tak mengenal kain batik, masyarakat dari lingkup pedesaan, perkotaan, tingkat nasional hingga internasional mengenal dengan baik mengenai kain batik.

Setelah melalui proses yang cukup panjang, akhirnya kain batik telah didaftarkan oleh pemerintah sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau Intangible Cultural Heritage (ICH) dari Indonesia di UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Baca Juga: Pejabat Militer AS Singgung Perjanjian Trump dan Taliban Soal Penarikan Pasukan, Sebut Berikan Efek 'Merusak'

Peresmian ini ditetapkan pada tanggal 4 September 2008 saat sidang UNESCO di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Setiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing dalam membatik.

Goresan yang dituangkan dalam batik Nusantara memiliki makna yang mendalam dan berbeda-beda. Tiap goresan tersebut menjadi identitas daerah masing-masing. Seperti goresan yang dimiliki Batik Jawa dan Papua.

Baca Juga: 3 Tanda Zodiak Ini Alami Hari Hebat pada 1 Oktober 2021, Salah Satunya Pisces

Berbeda dengan Batik Jawa, ciri khas kain batik asal Papua yaitu memiliki warna yang cerah, pola atau corak dalam bentuk simetris, serta motif dengan bentuk hewan atau manusia.

Dilansir Pikiranrakyat-Cirebon.com dalam situs resmi Kominfo, batik papua memiliki bebrapa motif khas yaitu:

1. Motif Cendrawasih, menggambarkan kekayaan, keindahan, serta keanggunan yang dimiliki alam dan fauna Papua.

Baca Juga: Mengenal Maskot Unik PON Papua Kangpho dan Drawa, Ternyata...

2. Motif Asmat, menggambarkan keunikan dan tradisi dalam patung ukir kayu yang dimiliki masyarakat Papua.

3. Motif Komoro, menggambarkan kreativitas, semangat, keberanian yang ada dalam diri penduduk asli Papua.

4. Motif Tifa Honai, menggambarkan filosofi rumah adat masyarakat Papua yang penuh kebahagiaan.

Baca Juga: Sebut Ikut Campur Urusan Internal Negara, Pemerintah Ethiopia Usir 7 Pejabat Senior PBB

5. Motif Prada, menggambarkan kekayaan alam yang dimiliki Papua, terutama melimpahnya tambang emasnya di Gunung Grasberg.

Pengrajin Batik di Papua

Dilansir dalam situs resmi Indonesia.go.id, Jimmy Hendrick Afaar memulai usahanya sejak 21 April 2007.

Awal berbisnis batik Jimmy dimulai dari beliau tertarik pada corak batik khas Jawa hingga memutuskan untuk belajar batik di Pekalongan.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 1 Oktober 2021: Aquarius Bingung, Pisces Disiplin dan Aries Intensif

Hingga akhirnya Jimmy merasa yakin sudah dapat belajar dan mengenal batik dengan baik.

Berangkat dari kota asalnya yaitu Jayapura, Jimmy mencoba peruntungannya dalam membuat terobosan baru, yaitu membuat batik Port Numbay.

Tak disangka, ternyata Port Numbay adalah nama lain dari Kota Jayapura.

Baca Juga: Pria asal Magelang Nikahi Rice Cooker, Ternyata Pernah Viral karena Hal Ini

Berkat usaha dan kegigihannya, Jimmy akhirnya berhasil hingga memutuskan untuk mematenkan batik Port Numbay sebagai salah satu kain batik khas Papua.

Keragaman alam, budaya, serta cerita rakyat Papua menjadi latar belakang tangan Jimmy memulai hingga akhirnya dapat membuat kain batik khas Papua sekitar 200 motif. Seperti motif perahu, dayung khas Sentani, Jayapura, ukiran kayu, dan tifa.

Nama motif batik ini disesuaikan dengan nama suku yang berada di Papua, seperti Batik Kamoro, Amugme, Honay, Asmat, Sentani, Kayu Pulau, atau Griminawa.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan, 1 Oktober 2021: Taurus Pelit, Gemini Ada Kabar Baik dan Cancer Ambisius

Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dibangun oleh Jimmy terus berkembang seiring berjalannya waktu.

Semua bermula berkat bantuan dari salah satu pengrajin yang merupakan warga asli Jayapura, bernama Salomina. Warga Abepura itu mulai belajar membatik pada 2007 hingga kini.

Jimmy menjelaskan, harga untuk dua meter kain batik tulis karyanya di jual Rp600.000 per potong, dan yang ukuran 2,5meter dibanderol dengan harga Rp650.000 per potong. Sedangkan yang 3 meter dijual Rp700.000 per potong.

Baca Juga: Simak 5 Makanan dan Minuman yang Harus Dihindari Penderita Asam Urat, Salah Satunya Seafood

Isakos Babo, perajin batik yang tergabung dalam sanggar Phokouw Faa juga mencoba peruntungannya dengan membuka stand di venue softball dan baseball berlokasi di Komplek Universitas Cendrawasih, Waena saat PON Papua ini sedang berlangsung.

Dilansir dalam Antara, Isako Babo menjelaskan bahwa perajin dari sanggar Phokouw Faa membuat batik dengan motif kapak batu, kupu-kupu, cendrawasih, ikan, tifa, dayung, tempayang, patung Asmat, dan kura-kura.

“Harga batik produksi Sanggar Phokouw Faa dijual dengan harga yang bervariasi, kisaran Rp 400.000 hingga Rp 600.000 per potong sesuai dengan ukuran batik,” tutur Isako Babo, dikutip dari Antara.

Baca Juga: Ramalan Horoskop Karier Keuangan 1 Oktober 2021: Leo Ada Ide Cemerlang, Virgo Dapat Hasil, dan Libra Investasi

Tingginya makna setiap batik yang dibuat oleh pengrajin dan mengingat batik merupakan warisan Nusantara, sebagai generasi muda kita harus dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk melakukan upaya inovasi baru dalam mendorong dan membangun kain batik menjadi lebih dikenal dan dihormati keberadaannya di dunia.***

Editor: Gracia Tanu Wijaya

Sumber: Kominfo indonesia.go.id ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler