Pengadilan Rusia Melarang Smartphone Samsung Diimporkan Serta Dijual di Sana, Ini Sebabnya

22 Oktober 2021, 13:10 WIB
Ilustrasi. Samsung kini harus memutar otak sebab pengadilan Rusia melarang produknya diimpor ke Rusia. /Samsung.com

PR CIREBON - Baru-baru ini pengadilan Rusia telah melarang Samsung Electronics, untuk mengimpor serta menjual smartphone model 61 di Rusia.

Hal tersebut, pengadilan Rusia lakukan karena atas gugatan kekayaan intelektual yang berkaitan dengan sistem Samsung play.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Reuters, diketahui gugatan yang diterima oleh pengadilan Rusia, yakni gugatan tersebut diajukan oleh salah satu perusahaan yang berbasis di Swiss SQWIN SA.

Baca Juga: iPhone 13 Resmi Dirilis, Sementara Samsung Siapkan Galaxy S21 FE!

Pasalnya, perusahaan berbasis tersebut, telah mengklaim bahwa Samsung Pay melanggar paten sistem pembayaran elektronik yang terdaftar di Rusia.

Dalam hal tersebut, kantor berita RIA telah melaporakan pada hari Kamis, 21 Oktober 2021.

Namun Samsung mengatakan bahwa kasus tersebut sedang dalam proses banding, serta menolak berkomentar lebih lanjut.

Baca Juga: Prediksi Brighton vs Manchester City di Liga Inggris 23 Oktober 2021 Dilengkapi Line Up dan Skor Akhir

Sementara, dalam putusan pada tanggal 19 Oktober, pengadilan Arbitrase Moskow, telah mendaftarkan Samsung model 61 yang telah dilarang diimpor serta di jual di Rusia.

Selain itu, keputusan pengadilan asli, pada tanggal 27 Juli, telah menguatkan, klaim SQWIN SA.

Akan tetapi, pengadilan asli tidak mencantumkan perangkat yang dimaksud.

Baca Juga: Nasib Hakim Wanita Afghanistan usai Taliban Berkuasa, Kini Nganggur dan Ketakutan

Sehingga hal tersebut, membuat perusahaan yang berbasis di Swiss tersebut, untuk mengajukan banding pada bulan Agustus.

Tak hanya itu, putusan pada bulan Oktober telah mengklarifikasi, model mana yang dilarang.

Hingga, putusan tambahan dapat diajukan banding dalam waktu satu bulan setelah adopsi.

Tak sampai disitu, RIA juga telah melaporkan bahwa keputusan tersebut belum berlaku.***

Editor: Ghassan Faikar Dedi

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler