SABACIREBON - Museum Keris Nusantara Kota Surakarta semakin memperkaya koleksinya dengan menerima puluhan senjata tradisional dari keluarga mendiang AR Soehoed.
Sebanyak 28 senjata tradisional dan dua tombak menjadi bagian dari hibah yang diterima oleh museum, Sabtu (25/11/2023).
Kepala UPTD Museum Kota Surakarta, Bonita Rintyowati, menyatakan keluarga mendiang AR Soehoed menjadi salah satu pihak yang berkontribusi dengan menghibahkan senjata tradisional.
Baca Juga: IDCA Kota Bandung Gelar Coaching Clinik dan Latihan Bersama Unit Marching Band
Total koleksi yang dihibahkan mencapai 30, termasuk senjata dari negara lain seperti Zambia.
Keluarga Elda Rohmiyati juga berpartisipasi dalam memperkaya koleksi museum dengan menghibahkan sepuluh keris.
Meskipun seluruh hibah berupa keris, proses kurasi tetap dilakukan untuk menyeleksi koleksi yang akan diterima dan dipamerkan.
"Harus tetap lewat kurasi ya, karena beberapa waktu lalu ada yang menghibahkan sebanyak 1.000 keris, tapi setelah dikurasi hanya ada satu yang layak dipamerkan. Yang lain masuk kategori aksesoris," ucap Bonita.
Baca Juga: Pebulu Tangkis Gregoria Mariska Persiapkan Kondisi Fisik Jelang BWF World Tour di China
Rata-rata, koleksi senjata tradisional yang dihibahkan ke Museum Keris Nusantara disebabkan keluarga tidak mampu lagi melakukan perawatan secara berkala.
Saat ini, museum memiliki total 809 keris dan tosan aji, tetapi hanya sekitar 200 keris yang dapat ditampilkan di museum.
Museum Keris Nusantara menjadi destinasi menarik bagi wisatawan dengan ketertarikan pada keris. Midiningsih, perwakilan dari keluarga AR Soehoed, menyatakan hibah tersebut merupakan wasiat dari mendiang AR Soehoed, yang memiliki kedekatan dengan Presiden Jokowi saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Baca Juga: Serangan Israel ke Suriah Membuat Bandara Damaskus Tidak Dapat Digunakan
"Ini ada 30 koleksi yang paling disenangi oleh almarhum," ujarnya. Hibah senjata tradisional ini tidak hanya memperkaya warisan budaya, tetapi juga menjadi penghormatan terhadap kecintaan mendiang AR Soehoed pada keberlanjutan warisan Nusantara.***