Menikmati Keistimewaan dalam Secangkir Teh Putih

- 29 Maret 2024, 05:20 WIB
Sajian Teh Putih di Pepeteke Cafe, Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat.
Sajian Teh Putih di Pepeteke Cafe, Perkebunan Teh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung, Bandung, Jawa Barat. /ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

SABACIREBON - Kokom, seorang petani teh, memulai hari dengan menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Setelah itu, ia bersiap untuk memetik teh putih di kebun teh Gambung, Ciwidey, Jawa Barat.

Bersama empat rekannya, Kokom akan memetik teh putih, juga dikenal sebagai white tea, di sisi selatan kebun yang terletak di kaki Gunung Tilu.

Setelah shalat subuh, Kokom bergegas menuju titik kumpul di pertigaan yang berjarak 5 menit dari rumahnya. Di sana, rombongan pemetik biasanya berkumpul sebelum berangkat bersama ke area petik.

Baca Juga: Hoaks! Narasi Kegelapan Bumi pada 8 April 2024 Ternyata Salah 

Sebagai pemetik teh putih, Kokom hanya membawa beberapa alat. Ranselnya berisi botol minum, kotak bekal, dan satu baskom penyaring berdiameter 15 cm yang digunakan sebagai wadah untuk menaruh pucuk teh yang akan dipetiknya nanti.

Dibutuhkan waktu sekitar 15-20 menit bagi Kokom dan rekan sekelompoknya untuk sampai di area petik. Sambil menunggu matahari terbit, mereka membuka bekal sarapan dan menikmatinya bersama sambil bercengkrama.

Sinar matahari yang perlahan muncul di ufuk timur menjadi tanda bagi Kokom dan teman-temannya untuk memulai memetik pucuk teh yang dikenal kaya akan manfaat itu.

Baca Juga: BRIN Gunakan Teknologi Penginderaan Jauh untuk Pantau Lahan Pertanian 

Teh putih mungkin tidak begitu familiar di telinga masyarakat Indonesia. Namun, bagi penggemar teh, varian teh putih ini merupakan produk premium yang eksklusif.

Sesuai dengan namanya, teh putih berwarna keabuan hijau pucat dengan seduhan berwarna kekuningan dan aroma yang lebih lembut dibandingkan teh hitam atau teh hijau. Selain lebih lembut dan harum, rasa sepat pada teh putih juga cukup ringan.

Secara kasat mata, teh putih yang belum diseduh berwarna hijau keabuan. Warnanya berasal dari proses pengeringan yang dilakukan secara manual, tanpa alat, dan hanya mengandalkan sinar matahari. Bubuk keabuan yang menempel berasal dari bulu-bulu halus di pucuk teh yang ikut mengering.

Baca Juga: Kemenkes Siapkan 5,4 Juta Telur Nyamuk Ber-Wolbachia untuk Bandung 

Dari bentuknya, karena berasal hanya dari pucuk teratas, teh ini menyerupai gulungan daun berukuran 2-3 cm. Bentuknya yang memanjang dan keabuan inilah yang kemudian kerap disebut silver needle atau jarum perak, yakni teh putih berkualitas nomor satu yang dipasarkan Indonesia.

Walaupun teh putih berasal dari daratan China, kualitas teh putih Gambung tidak kalah dengan produk negeri tirai bambu.

Jika dibandingkan secara seksama, varian teh putih China tidak hanya silver needle melainkan juga meliputi pucuk-pucuk daun yang sudah sedikit membuka. Sementara itu, teh putih Gambung, khususnya kualitas silver needle, hanya terdiri dari pucuk-pucuk teh yang berbentuk memanjang selayaknya jarum-jarum kecil.

Baca Juga: Sosialisasi BP2MI Kepada PMI Lakukan Prosedur Yang Benar dan Legal 

Mengapa teh putih istimewa? Peneliti Pengolahan Hasil dan Enjinering (Post-Harvest and Engineering) Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Hilman Maulana menjelaskan teh putih hanya dibuat dari kuncup atau pucuk teratas daun teh yang masih menutup, atau biasa disebut peko.

Peko dipetik dengan tangan kosong dan dijaga agar tidak rusak sebelum masuk dapur produksi.

Sebagaimana umumnya varian teh lainnya, pucuk teh harus dipetik pada pagi hari hingga waktu matahari masih sepenggalah agar kuncupnya tidak segera mekar.

Setelah dikumpulkan oleh para pemetik teh, peko-peko segar akan langsung dibawa ke pabrik untuk dilayukan di bawah sinar matahari.***

Editor: Otang Fharyana

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x