Pelaku Klitih Gambaran Anak Remaja Bermasalah dalam Keluarga

- 19 April 2022, 07:13 WIB
Yogyakarta yang dulubtentram dan aman, kiini diresahkan oleh aksi kitih para remaja yang cenderung memakan korban.
Yogyakarta yang dulubtentram dan aman, kiini diresahkan oleh aksi kitih para remaja yang cenderung memakan korban. /

SABACIREBON -Belakangan Yogyakarta tengah diresahkan dengan kejahatan jalanan yang dikenal dengan sebutan klitih.

Para pelakunya rata-rata masih remaja, anak sekolahan, namun tindakannya cenderung brutal. Korban dari aksi klitih bukan hanya sekadar luka ringan dan berat, tetapi menghlangkan nyawa.

Fenomena yang terjadi di daerah yang dulu dianggap paling nyaman bagi wisatawan karena terasa paling familiar dan aman, kini jadi terbalik menakutkan.

Tak urung Psikolog keluarga, Nurmey Nurulchaq turut menyoroti fenomena tersebut dari sisi psikologi.

Baca Juga: Erik ten Hag Segera Latih Manchester United. Fabrizio Romano : Here We Go!Baca Juga: Erik ten Hag Segera Latih Manchester United. Fabrizio Romano : Here We Go!

Menurut Nurmey, yang akrb disapa Ning Rully,  pertama remaja melakukan aksi klitih lantaran ingin bersaing menunjukkan eksistensi diri. Celakanya mereka tidak ada yang mengarahkan baik dari keluarga maupun teman sebayanya untuk berkegiatan yang positif.

"Misalnya diarahkan untuk olahraga, kesenian," ujar Ning Rully.

Seringkali klitih dikaitkan dengan sifat-sifat anak remaja yang tengah memasuki usia rentan atau kerap disebut fase stofrm dan stres.

Kedua, menurut Dosen Sekolah Tinggi Psikologi (STIPsi) Yogyakarta itu, si pelaku klitih cenderung minim perhatian dari keluarga. Orang tua jarang memantau kegiatan anak.

Penelitian juga menunjukkan, perilaku anak yang buruk lantaran komunikasi yang tidak baik  dari orang tua tersebab kurangnya kedekatan emosional.

Baca Juga: The Batman (2022)

Ketiga, menurut engurus LKK PWNU  Yogyakarta itu adanya kecerdasan emosional yang rendah pada remaja. Usia remaja adalah periode di mana kecerdasan emosi (EQ) belum terbentuk secara matang atau masih rendah.

Remaja belum bisa memahami dirinya sendiri maupun sekitarnya, namun di sisi lain rasa ingin tahu mereka cukup tinggi.

"Di fase remaja ini dorongan untuk mencoba hal baru cukup tinggi. Secara kompetitif persaingan antarkelompok atau komunitasnya menjadi pemicu seorang remaja bisa memiliki perilaku klitih," tutur Ning Rully.

Keempat, rendahnya motivasi belajar. Hasil penelitian menujukkan perilaku menyimpang termasuk klitih yang dialami remaja karena motivasi belajar yang rendah.

"Remaja ini mudah konflik dengan guru maupun teman. Secara akademik mereka merasa tidak memiliki kemampuan yang sama seperti murid lain sehingga penghargaan atas diri mereka itu pun juga cenderung rendah," kata Ning Ruly.

Tindakan preventif

Solusi cegah perilaku klitih pada remaja Ning Rully menjelaskan, perlu tindakan preventif terlebih dahulu.

Baca Juga: Thor: Love and Thunder dari Marvel Studios


Pertama, keluarga harus menjadi salah satu tempat aman dan nyaman untuk anak.

Setiap anggota keluarga berhak mendapatkan kesempatan untuk bisa mengaktualisasikan potensi secara positif baik untuk dirinya, keluarga maupun lingkungan.

"Keluarga menjadi benteng pertahanan yang kuat dari gempuran hal-hal negatif dari luar," ujar lulusan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) itu.

Kedua, regulasi dari pemerintah bisa membantu mengondisikan keamanan di luar. Namun demikian, jika bicara dari lingkungan terkecil maka keluarga dan sekolah menjadi stakeholder utama menangani remaja dari perilaku klitih.***

Sumber: https://www.nu.or.id

Editor: Asep S. Bakrie

Sumber: nu.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah