UNICEF ​​Mendesak Sekolah Kembali Dibuka di Negara-negara yang Dilanda Pandemi Covid-19

- 16 September 2021, 21:00 WIB
Ilustrasi. UNICEF menyerukan negara-negara yang dilanda pandemi Covid-19 untuk membuka kembali sekolah.
Ilustrasi. UNICEF menyerukan negara-negara yang dilanda pandemi Covid-19 untuk membuka kembali sekolah. /Reuters/Johanna Geron

PR CIREBON- Badan anak-anak PBB (UNICEF) mendesak otoritas pendidikan untuk kembali membuka sekolah sesegera mungkin di negara-negara di mana jutaan siswa masih tidak diizinkan untuk kembali ke ruang kelas 18 bulan setelah pandemi Covid-19.

Menurut laporan yang dirilis oleh UNICEF pada kamis, 16 September 2021, selama pandemi Covid-19, sekolah di sekitar 17 negara tetap ditutup sepenuhnya, sementara sekolah di 39 negara tetap ditutup sebagian.

Dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari laman Reuters, UNICEF mengungkapkan di antara sekolah yang "hampir sepenuhnya ditutup" selama pandemi Covid-19, terjadi di Filipina, Bangladesh, Venezuela, Arab Saudi, Panama, dan Kuwait.

Baca Juga: 5 Cara Meningkatkan Keterampilan Psikis, Kenali Imajinasi dan Intuisi Kamu

Hampir sepertiga dari angka ini dicatat oleh Filipina, yang memerangi salah satu wabah Covid-19 terburuk di Asia dan di mana tahun ajaran baru dimulai minggu ini.

Sementara itu, UNICEF menuturkan, murid dari enam negara mewakili lebih dari setengah dari 131 juta siswa di seluruh dunia yang telah melewatkan lebih dari tiga perempat pembelajaran langsung mereka.

“Krisis pendidikan masih ada di sini, dan setiap hari ruang kelas tetap gelap, kehancuran semakin parah,” kata Direktur Eksekutif UNICEF ​​Henrietta Fore.

Baca Juga: Update Kasus Covid-19 di Kota Cirebon Hari Ini 16 September 2021: 12.750 Orang Positif

Laporan itu mengatakan guru harus diprioritaskan untuk vaksin Covid-19, setelah petugas kesehatan dan mereka yang paling berisiko, untuk melindungi mereka dari penularan masyarakat.

Siswa mungkin lebih aman di rumah, tetapi ketersediaan komputer, ponsel, dan internet, serta kualitas pendidikan yang tidak merata, adalah salah satu tantangan yang terus mereka hadapi.

Di Filipina, misalnya, beberapa anak dipaksa naik ke atap hanya untuk mendapatkan sinyal internet.

Baca Juga: Dihantam 3 Peristiwa Besar, Afghanistan Mengalami Krisis Ekonomi Parah, Bagaimana Taliban Memperbaikinya?

Pada bulan Juni, Presiden Rodrigo Duterte menolak proposal untuk mengizinkan kelas tatap muka dilanjutkan di beberapa daerah.

"Saya tidak bisa bertaruh pada kesehatan anak-anak," tuturnya.

Dalam sebuah laporan yang dirilis pada bulan April, Bank Pembangunan Asia memperkirakan penutupan sekolah yang berlangsung lebih dari satu tahun dapat memangkas pendapatan di masa depan di antara para siswa di kawasan itu sebanyak US$1,25 triliun.

Baca Juga: Sekarang Anda Dapat Mengirim Pesan WhatsApp Tanpa Mengetik, Begini Caranya

Hal itu setara dengan 5,4 persen dari PDB pada tahun 2020.

UNICEF ​​dan mitranya akan menutup saluran digital mereka selama 18 jam pada Kamis, untuk menarik perhatian pada krisis dan "18 bulan pembelajaran yang hilang".

"Ini adalah krisis yang tidak akan kami biarkan dunia abaikan," kata Fore dari UNICEF.

Baca Juga: Apa Arti dari Memimpikan Lalat? Simak Penjelasannya

“Saluran kami diam, tetapi pesan kami nyaring: Setiap komunitas, di mana pun harus membuka kembali sekolah sesegera mungkin," pungkasnya.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x