Diketahui, UAS merupakan salah satu ustad yang dicap radikal oleh suatu golongan, lantaran pada suatu kesempatan dirinya menolak saat disuruh untuk menyanyikan lagu "Indonesia Raya".
"Maka ketika ada kelompok yang meminta saya, memaksa saya untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya, maka saya menolak. Bukan karena saya anti-NKRI, saya dari dari kecil, saya yang mengerek bendara merah putih itu dan saya menyanyikan lagu itu. Bahkan ketika saat saya berangkat ke Mesir saya harus lulus penataran P4, salah satunya harus paham terhadap Pancasila," tegasnya.
Selanjutnya, cap radikal ini menurut UAS merupakan labeling yang sangat mengerikan.
Baca Juga: Yusuf Mansur Ajak Masyarakat untuk Tahan Emosi: Jangan Dilayanin, Sibukin Diri Bangun Bangsa
"Labeling ini sangat mengerikan, kita lihat sekarang, jika dia tidak suka dengan sesuatu, langsung dia beri label anti NKRI, radikal dan khilafah," ucapnya.
Menurutnya, hal ini sudah dialami lebih dulu oleh Haji Abdul Malik Karim Amrullah, ketika pada Orde Lama, label yang paling bagus adalah meenggulingkan kekuasaan, menjual aset Indonesia kepada Malaysia, akan membunuh presiden.
UAS mengatakan sejarah tindakan labeling ini perlu dibukukan dan dituliskan secara menarik, dimana labeling ini berguna untuk menjatuhkan orang lain.
***