PR CIREBON - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) telah melakukan periode pengataman pada Minggu, 1 November 2020 mulai pukul 00:00-06:00 WIB.
Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara, kepala BPPTKG Hanik Humaida melalui keterangan resminya di Yogyakarta pada Minggu 1 November 2020, menyebutkan hasil pengamatan bahwa Gunung Merapi mengalami 26 gempa guguran yang memiliki amplitudo 3-50 mm dan berlangsung selama 7-36 detik.
Selain gempa guguran, Gunung Merapi juga mengalami 16 kali gempa hembusan dengan amplitudo 2-11 mm selama 10-49 detik, 52 kali gempa hybrid dengan amplitudo 2-19 mm selama 6-14 detik, lima gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 42-75 mm selama 13-30 detik, serta satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 30 mm selama 115 detik.
Baca Juga: Presiden Prancis Hormati Kekecewaan Muslim, Macron Tidak Setuju Atas Kekerasan Fisik yang Terjadi
Berdasarkan pengamatan visual, di puncak Gunung Merapi terlihat asap kawah berwarna putih dengan intensitas sedang hingga tebal, dan tinggi 50 meter di atas puncak kawah.
Cuaca di Gunung itu cerah, berawan, dan mendung. Angin bertiup lemah ke arah barat. Suhu udara 14-20 derajat Celsius dengan kelembaban udara 73-87 persen, dan tekanan udara 569-688 mmHg.
Hingga saat ini, BPPTKG mempertahankan status Gunung Merapi pada Level II atau Waspada dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian yang berkaitan dengan mitigasi bencana.
Baca Juga: Bela Pemerintah Tentang UMP 2021, PPP: Saya Yakin Negara Tidak akan Menelantarkan Para Pekerja
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.