Tingkatkan Kemandirian Penyandang Disabilitas, Kemensos Dukung Penerapan Terapi Seni Budaya

- 1 November 2020, 11:40 WIB
Ilustrasi disabilitas dan kelompok rentan.
Ilustrasi disabilitas dan kelompok rentan. /Pikiran-rakyat.com

PR CIREBON - Kementerian Sosial (Kemensos) mendukung upaya peningkatan kemandirian penyandang disabilitas melalui penerapan art therapy dalam layanan pendidikan dan pelatihan penyandang disabilitas.

Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kemensos, Harry Hikmat menekankan jika art therapy sebagai kurikulum, saat menghadiri acara penandatanganan nota kesepahaman antara UKM Creative Business Of Difable Community dan Artherapy Center Widyatama Bandung di Kota Bandung pada Sabtu, 31 Oktober 2020.

“Ini bisa membangkitkan respek terhadap kondisi kaum yang memiliki kemampuan berbeda. Maka itu, saya menekankan ke Balai Besar/Balai Rehabilitasi Sosial untuk menjadikan art therapy sebagai kurikulum. Karena akan ada peningkatan level, bukan sekedar terampil tapi ahli,” ungkapnya, seperti dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara.

Baca Juga: Unik, Berbuat Kebaikan di Cirebon Bisa Dapat Hadiah, Berikut Caranya!

"Karena akan ada peningkatan level, bukan sekedar terampil tapi ahli," tambahnya.

CIDCO dan Artherapy Center Widyatama Bandung menyelenggarakan pendidikan yang setara diploma jenjang 3 untuk difabel, dan menggunakan art therapy dalam kegiatan edukasi bagi difabel.

"Ketika penyandang disabilitas masuk di Artherapy Center, mereka akan mendapat sertifikat kompetensi, sehingga mereka mampu bersaing di dunia industri," tuturnya.

Baca Juga: Hari Pertama Umrah Setelah 7 Bulan Absen, 10.000 Jemaah Internasional Tiba di Arab Saudi

Kementerian Sosial menyatakan akan mendukung pengembangan pendidikan penyandang disabilitas berbasis art therapy, antara lain dengan meningkatkan kapasitas Pusat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas di bawah Kementerian Sosial.

Penasihat Widyatama Artherapy Center dan Ketua Dewan Pertimbangan CIDCO, Anne Nurfarina, mengatakan terapi seni merupakan metode dengan fleksibilitas tinggi untuk membangkitkan kemampuan fitrah penyandang disabilitas.

"Contoh adalah autistik, karena mereka memiliki hambatan di komunikasi. Kami menggunakan metode membangun respons komunikasi agar terjadi interaksi, lalu kami memberikan pengetahuan untuk mengubah stigma bahwa kecerdasan itu bukan hanya jago matematika," katanya.

Baca Juga: Seoul Berlakukan Denda Rp1,2 Juta Bagi Warga yang Tidak Gunakan Masker di Tempat Umum

Ketua Yayasan Widyatama Sri Juniati juga mengungkapkan, penanganan masalah sosial tidak bisa dilakukan sendiri oleh keluarga dan masyarakat, tetapi membutuhkan dukungan kuat dari pengambil kebijakan.

"Hadirnya Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial mempertegas tidak hanya kehadiran fisik, tapi keberlanjutan untuk sekarang dan masa mendatang. Kami berharap para penyandang disabilitas ini bisa semakin mandiri dan menjadi inspirator bagi masyarakat luas," ujarnya.***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: Antara News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x