"Mengapa? Pertama, karena masyarakat akan menilai bahwa itu adalah partai politik baru, bukan PAN yang asli. Tetapi partai politik baru yang ingin mendapatkan efek elektoral dari nama PAN. Mungkin berbeda dengan kasus berdirinya Partai Gerindra, Partai Nasdem, dan Partai Hanura. Meski para tokoh pimpinan partai politik baru itu adalah mantan kader Golkar, tetapi mereka tidak ingin atau tidak berharap akan mengeruk efek elektoral dari Golkar. Mereka percaya diri atas partai politik baru yang didirikan itu," jelasnya dalam siaran persnya, Kamis (10/9/2020) malam.