Covid-19 di Indonesia Menggila, Pemerintah Akui Tak Siap di Awal hingga Kelabakan Taklukkan Virus

- 4 September 2020, 20:15 WIB
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito /BNPB

PR CIREBON - Virus Corona jenis baru yang menyebabkan Covid-19 di Indonesia kini semakin menggila, di mana grafiknya terus menanjak dengan beberapa pekan terakhir penambahannya selalu di atas 2.000.

Dalam dua hari ini positif Covid-19 di Indonesia bahkan menyentuh angka 3.000 dan pemerintah mengaku kondisi ini mengkhawatirkan.

Pemerintah juga jujur dan buka-bukaan, mengaku tak siap ketika awal wabah dan hingga sekarang masih belum bisa menaklukkan virus dari Wuhan, Tiongkok tersebut.

Baca Juga: Serang sang Ayah Terkait PAN Reformasi, Sikap Mumtaz Rais Dicibir Memalukan hingga Tidak Terpuji

Pemerintah telah melakukan berbagai cara dan upaya untuk memberangus virus corona sejak kasus pertama dilaporkan 2 Maret lalu. Namun, enam bulan berlalu, upaya tersebut masih belum membuahkan hasil memuaskan.

Pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada Maret hingga Mei lalu, jumlah kasus sempat melandai. Namun, setelah PSBB dilonggarkan, penambahan kasus baru kembali naik, bahkan melesat.

Berdasarkan data yang dirilis Kementerian Kesehatan kemari, angka kasus positif Covid-19 mencapai 3.622 kasus, merupakan angka harian tertinggi sejak pandemi mulai mewabah.

Baca Juga: Covid-19 di Bodebek Mengkhawatirkan, Ridwan Kamil Klaim Virus Corona di Jabar Relatif Terkendali

Diberitakan Warta Ekonomi partner sindikasi konten Rakyat Merdeka dalam artikel berjudul "Buka-bukaan Pemerintah: Awal Covid Masuk Tak Siap, Kini Kelabakan", jika jumlah penambahan konstan di angka 3 ribu, dalam sepekan ke depan jumlah kasus positif akan mencapai 200 ribu orang.

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Prof Wiku Adisasmito mengakui, pemerintah belum bisa menaklukkan virus corona.

"Pada saat awalnya Indonesia tidak siap hadapi pandemi ini," ucapnya dalam konferensi pers yang disiarkan Youtube Sekretariat Presiden, kemarin.

Baca Juga: Sekda Kota Cirebon Positif Terpapar Covid-19, Wali Kota Nasrudin Azis dan Istri Langsung Tes Usap

Wiku menerangkan, seiring berjalannya waktu, Indonesia sempat berhasil mengendalikan dan menekan kasus.

"Namun demikian, beberapa minggu terakhir ini terlihat peningkatan jumlah kasus yang signifikan. Ini mengkhawatirkan," ucapnya.

Pergerakan kasus Covid-19, menunjukkan Indonesia belum berhasil menekan dan mencegah penularan corona secara konsisten dan meminta semua pihak turut aktif untuk melawan pandemi.

Baca Juga: Perantara Suap Djoko Tjandra dan Pinangki Meninggal akibat Covid-19, Penyidik Tak Langsung Percaya

Sementara itu, Epidemiologi dari Universitas Indonesia, Pandu Riono mengatakan, ada yang keliru dalam penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah dalam enam bulan terakhir.

Penanganan Covid-19 yang dilakukan pemerintah lebih mengedepankan penyembuhan. Padahal, cara efektif mengendalikan Covid-19 adalah pengawasan, seperti testing, pelacakan kasus, dan isolasi.

Pandu menjelaskan, pengawasan tidak berarti harus membangun laboratorium baru. Tapi, cukup memperkuat laboratorium yang sudah ada.

Baca Juga: 11 Tahun Dijuluki 'Human Innisfree', Yoona SNSD Kini Berpaling Digaet Produk Kecantikan Lain

Peningkatan kapasitas tes di laboratorium akan jauh lebih baik daripada membuat laboratorium baru yang justru memakan waktu. 

"Jadi kita menanganinya secara manajemen pengendalian wabah yang modern, yang menurut saya bisa dilakukan karena infrastrukturnya sudah ada, manajer-manajernya sudah ada," kata Pandu dalam diskusi virtual, kemarin.

Pandu juga meminta pemerintah meningkatkan pelacakan kasus dengan menguatkan layanan primer, seperti Puskesmas yang merupakan garda terdepan dalam tracing, promosi kesehatan, dan paling dekat dengan masyarakat.

Baca Juga: Politikus PDIP Sebut Sumbar Berubah Setelah Dipimpin PKS 10 Tahun, Gerindra: Tidak Elok dan Sok Tahu

Lebih lanjut, Pandu menerangkan sejumlah negara yang memanfaatkan cara ini terbukti sukses mengendalikan penyebaran Covid-19, misalnya Vietnam dan Thailand.

"Kita belajar dari negara-negara yang mirip sama kapasitasnya, di mana mereka memperkuat layanan primer. Ini belum dioptimalkan," kata Pandu.

Sementara itu, Ekonom senior, Fisal Basri memiliki pandangan berbeda mengapa virus Corona masih sulit ditaklukkan di Indonesia, menyebut penanganan yang dilakukan pemerintah lebih menyasar arah ekonomi sesuai Perpres Nomor 82/2020 tentang Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Baca Juga: Banyak Pihak Dukung Megawati Nyapres Lagi, Pengamat: Mereka Berharap Dapat Cipratan Kue Kekuasaan

"Kalau dulu Gugus Tugas di bawah Presiden, sekarang di bawah Menteri BUMN. Betul-betul penanganan virus ini lebih ke arah ekonomi," ujar Faisal.

Untuk penanganan Covid-19, ia menilai pemerintah hanya menunggu vaksin corona ditemukan. Padahal, seharusnya pemerintah fokus membenahi wabah.

Hal senada disampaikan ekonom senior Chatib Basri, menyebut seharusnya pemerintah mengendalikan virus Corona dari segi kesehatan.

Baca Juga: Tolak Gunakan Buzzer untuk Dengungkan Kebijakan, KSP: Menyerang dan Membela Itu Sesuatu yang Alamiah

Sebab, membuka sebagian aktivitas ekonomi seperti sekarang, juga tidak akan memberikan hasil maksimal.

Jika permasalahan virus tidak bisa diatasi, butuh waktu lama untuk memulihkan ekonomi. Sebab, semua sektor penopang perekonomian terutama konsumsi akan tetap anjlok.***

Editor: Nur Annisa

Sumber: Warta Ekonomi Rakyat Merdeka


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah