Network
SABACIREBON - Di dalam politik, tiada musuh mau pun teman yang abadi. Semuanya bergantung dari apa yang menjadi kepentingan. Jika kepentingannya sama, lawan pun bisa menjadi kawan. Begitu pula sebaliknya.
Hari ini berbincang penuh canda dan berlanjut mesra, esok bisa berbeda langkah tujuan. Sesuatu yang kerap terjadi. Tidak aneh.
Siapa sangka, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) dari PKB yang begitu sentral di Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya ( KKIR ). Sekarang harus menepi dulu, karena sang Jenderal tiba-tiba merubah nama menjadi Koalisi Indonesia Maju. Kemungkinan terburuk cawapres yang diincar bakal melayang entah kemana.
Di saat bersamaan Koalisi Perubahan untuk Persatuan pun kemungkinan bakal berubah. Berita duet Anies - Cak Imin mencuat ke permukaan. Tentu saja "sang anak papih", AHY meradang. Ini penghianatan, serunya.
Berkaca dari klausul kesepakatan koalisi Perubahan untuk Persatuan, sudah jelas bahwasanya -- untuk bacawapres diserahkan kepada Anies. Tapi menurut yang masih belajar politik, langkah menjodohkan Anies - Cak Imin sudah pada "track_ yang benar. Alasannya, tentu saja ingin mengambil suara dari kelompok nahdiyyin. Itu karena di Jawa Tengah dan Jawa Timur, suara dukungan kepada Anies terbilang belum cukup memadai.
Baca Juga: Jangan Kaget, Mulai Hari Ini 1 September 2023 Harga Pertamax Naik, Cek di Sini Besaran Kenaikannya
Dan tidak ada yang tidak mungkin. Bisa saja, akhirnya Ganjar berduet dengan AHY. Maka peta pertarungan akan semakin sengit. Bila itu terjadi, pasti semarak. Prabowo - Erick atau Airlangga. Ganjar - AHY dan Anies - Cak Imin.
Semua masih bias di detik detik terakhir pendaftaran calon Presiden dan Wakil Presiden. Kita tunggu saja dinamika dinamika politik, yang makin lama kian membingungkan.***
