Soal Surabaya Zona Hijau Covid-19, Pakar: Tri Rismaharini Sesat, Pamornya Pasti Turun

- 6 Agustus 2020, 10:43 WIB
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menggelar video conference (vidcon) : ist
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat menggelar video conference (vidcon) : ist /Ist/

PR CIREBON - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini sempat mengklaim bahwa Surabaya telah masuk dalam zona hijau, tetapi faktanya perkembangan Corona di Surabaya "tak sehijau" itu.

Ini terlihat dari jumlah pasien positif terus naik, seiring dengan jumlah pasien meninggal juga naik. Tepatnya, kemarin kasus Covid-19 Surabaya kembali pecahkan rekor dengan data positif Covid-19 bertambah 105 kasus.

Sontak saja, ini menjadikan Kota Pahlawan itu sebagai penyumbang tetap kasus Covid-19 terbesar di Jawa Timur yang secara keseluruhan bertambah 432 kasus.

Baca Juga: BPS Tetapkan DKI Jakarta Jadi Provinsi Paling Demokratis, Sebut Kebebasan Berkeyakinan Sempurna

Dikutip dari situs Infor Covid-19 Jatim, ditemukan data keseluruhan ada 9.087 kasus positif Covid-19 di Surabaya, meski total pasien sembuh ada 5.707 orang, atau naik 110 orang dari hari sebelumnya.

Lebih lanjut, total pasien meninggal akibat Covid-19 naik 13 orang menjadi 794 orang, sehingga tingkat kematian di Surabaya mencapai 8,74 persen.

Artinya, disimpulkan bahwa Surabaya masih berada dalam kategori zona merah penularan Covid-19, sehingga pernyataan klaim Walikota Surabaya Tri Rismaharini sangat bisa dibantahkan.

Baca Juga: Lawan Kuat Bobby Nasution Positif Covid-19, Akhyar Nasution Diduga Tertular usai Pulang dari Jakarta

Sedangkan, seorang Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga Windhu Purnomo menyebut, data Dinas Kesehatan Kota dan Provinsi yang dilaporkan ke pusat, Surabaya belum masuk zona hijau.

Ini dikarenakan kasus baru masih terus ada, sehingga bila merujuk pada angka tingkat penularan atau Rate of Transmission (RT) corona, maka Surabaya belum memenuhi syarat.

“RT Covid-19 di Surabaya fluktuatif,” ungkap Windhu.

Baca Juga: Pelajar Cilegon Kena Prank, Pemkot Putuskan Anulir Kebijakan Disdik Soal KBM Tatap Muka Bisa Digelar

Lebih detail, Windhu mengungkapkan angka tingkat kematian atau fatality rate akibat Covid-19 di Surabaya, dua kali dari angka nasiona yakni 8,74 persen. Sedangkan secara Nasional sudah kurang dari 4,5 persen.

Ini pun jauh dari target yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang hanya mencapai 2 persen.

“Jadi tingkat keamanan Surabaya masih jauh. Hijau di Kota Surabaya adalah hijau semangka. Jadi hijaunya di kulit, tapi sesungguhnya di dalamnya merah,” jelas Windhu bernada kritik, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi.

Baca Juga: Pesan Megawati untuk Gibran, Bicarakan Kiat Pilkada Solo hingga Achmad Purnomo Sakit Hati

Untuk itu, Windhu meminta Risma pun tidak terburu-buru mengklaim Surabaya sebagai zona hijau karena klaim itu bisa berbahaya.

“Itu nanti malah menyesatkan, sehingga masyarakat akan keluyuran dan itu justru berbahaya,” wanti-wantinya.

Di sisi lain, Guru Besar Ilmu Politik dari Universitas Indonesia (UI) Profesor Budyatna melihat sisi lain dari kasus Corona di Surabaya.

Budyatna berpendapat, tingginya angka penyebaran corona selama beberapa bulan belakangan akan berdampak pada pamor politik Risma.

Baca Juga: Netizen Berang Penghina Menkes Terawan Diberi Surat Somasi, YLBHI: Tunjukkan Sikap Antikritik

“Soalnya dia kan mengklaim Surabaya sudah masuk zona hijau. Tapi, nyatanya kasus positif dan kematian terus bertambah, tentu saja pamornya meredup,” ujar Guru Besar Politik UI Prof Budyatna.

Dalam arti lain, Risma dianggap terlalu terburu-buru mengklaim Surabaya sudah masuk zona hijau, meski kenyataannya tidak.

Pada akhirnya, banyak orang yang meragukan politisi PDIP itu, sekaligus Risma akan dianggap tidak kredibel dan seolah memaksakan kehendak.

“Risma ini semacam jadi PHP alias pemberi harapan palsu. Jadi banyak yang kecewa ketika harapan itu tak se suai kenyataan,” imbuhnya.

Baca Juga: Nadiem Memohon 3 Organisasi Besar Kembali Bergabung, Sebut Tunda POP karena Target Takkan Tercapai

Sementara itu, publik pun dapat melihat bahwa selama ini, Risma terlihat seperti over acting dalam penanganan Covid-19, seperti ribut-ribut dengan Gubernur Khofifah hingga sempat sampai berlutut dan sujud sambil nangis-nangis di kaki dokter.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Warta Ekonomi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x