“RT Covid-19 di Surabaya fluktuatif,” ungkap Windhu.
Baca Juga: Pelajar Cilegon Kena Prank, Pemkot Putuskan Anulir Kebijakan Disdik Soal KBM Tatap Muka Bisa Digelar
Lebih detail, Windhu mengungkapkan angka tingkat kematian atau fatality rate akibat Covid-19 di Surabaya, dua kali dari angka nasiona yakni 8,74 persen. Sedangkan secara Nasional sudah kurang dari 4,5 persen.
Ini pun jauh dari target yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang hanya mencapai 2 persen.
“Jadi tingkat keamanan Surabaya masih jauh. Hijau di Kota Surabaya adalah hijau semangka. Jadi hijaunya di kulit, tapi sesungguhnya di dalamnya merah,” jelas Windhu bernada kritik, seperti dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Warta Ekonomi.
Baca Juga: Pesan Megawati untuk Gibran, Bicarakan Kiat Pilkada Solo hingga Achmad Purnomo Sakit Hati
Untuk itu, Windhu meminta Risma pun tidak terburu-buru mengklaim Surabaya sebagai zona hijau karena klaim itu bisa berbahaya.
“Itu nanti malah menyesatkan, sehingga masyarakat akan keluyuran dan itu justru berbahaya,” wanti-wantinya.
Di sisi lain, Guru Besar Ilmu Politik dari Universitas Indonesia (UI) Profesor Budyatna melihat sisi lain dari kasus Corona di Surabaya.
Budyatna berpendapat, tingginya angka penyebaran corona selama beberapa bulan belakangan akan berdampak pada pamor politik Risma.