Pengamat: Terorisme Salah Satu Ancaman Keamanan di Tengah Pandemi Covid-19

- 19 Mei 2020, 13:51 WIB
ILUSTRASI terorisme.*
ILUSTRASI terorisme.* /MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA/

PIKIRAN RAKYAT – Di tengah mewabahnya virus Covid-19, pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta mengingatkan aparat keamanan untuk tidak lengah menghadapi potensi ancaman terorisme, kriminalitas dan konflik sosial.

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari situs Antara, pandemi Covid-19 bisa jadi ajang pemanfaatan dalam hal kriminalitas juga menambah konflik sosial yang melibatkan hajat hidup banyak orang.

"Terorisme, kriminalitas, dan konflik massa berpotensi terjadi dengan memanfaatkan pandemi Covid-19," katanya, saat diskusi publik virtual bertajuk Implikasi Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Sosial, Ekonomi, Politik, Hukum dan Keamanan di Jakarta, Senin, 18 Mei 2020 malam.

Baca Juga: Sejumlah Pertimbangan Bikin Pemkab Cirebon Berlakukan PSBB Jilid II

Menurut dia, kesibukan pemerintah dalam penanganan Covid-19 bisa menjadi celah bagi datangnya ancaman-ancaman, termasuk gangguan keamanan nasional.

Terkait terorisme, kata dia, ada beberapa penangkapan yang dilakukan oleh Densus 88 Polri yang menunjukkan adanya gerakan signifikan dari kelompok teroris, terutama Jemaah Anshar Daulah (JAD) dan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) yang memanfaatkan situasi pandemi Covid-19.

Ia mencontohkan penangkapan pada masa pandemi Covid-19, antara lain penangkapan empat orang jaringan JAD di Batang, Jawa Tengah, 26 Maret 2020, satu orang di Kemayoran Jakarta Pusat, 10 April, dua orang jaringan JAD ditangkap di Sidoarjo, Jawa Timur pada 11 April.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah Suami Perawat Ari dari RS Royal Surabaya Turut Meninggal Dunia? Ini Faktanya

Penangkapan juga dilakukan terhadap empat orang jaringan JAD di Muna, Sulawesi Tenggara pada 13 April, tiga orang terduga teroris AS, AMA, CM di Serang pada 27 April, dan seorang terduga teroris MH di Sidoarjo pada 26 April.

Selain itu, aksi teror juga telah terjadi di Poso, berupa penembakan terhadap anggota Polri (Briptu Ilham Suhayar) yang berjaga di Bank Mandiri Syariah, Poso pada 15 April oleh dua anggota kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora.

"Tingkat kriminalitas pada masa pandemi Covid-19 mengalami kenaikan. Polri menyatakan tingkat kriminalitas meningkat sebesar 19,72 persen selama pandemi corona," katanya.

Baca Juga: Terus Beri Kritikan pada Pemimpin AS Soal Covid-19, Obama: Ada Rasisme Kulit Hitam di Tengah Pandemi

Stanislaus menyebutkan, potensi konflik massa juga bisa terjadi pada massa pandemi Covid-19 karena adanya kelompok yang mencoba melakukan provokasi untuk konflik massa, seperti kelompok Anarko.

"Kelompok Anarko ini menentang kapitalisme dan pemerintah. Selain ini provokasi-provokasi dari kelompok tertentu yang mengarah kepada perlawanan terhadap pemerintah juga terjadi," katanya.

Untuk menekan terorisme, kriminalitas, dan mencegah terjadinya konflik di masyarakat, kata dia, perlu dilakukan upaya-upaya tertentu oleh pemerintah secara berjenjang.

Baca Juga: Ahli Epidemiologi Sebut Keluarga Lebih Berisiko Tularkan Covid-19 Dibanding Bepergian Keluar Rumah

Yang sangat perlu untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti sembako bagi warga di daerah PSBB dan tidak memperoleh pendapatan.

"Masalah pangan sangat sensitif dan jika tidak terpenuhi dampaknya bisa berbahaya," ujarnya.

Meskipun demikian, Stanislaus meminta Polri perlu hati-hati dan bijak dalam menangani pelaku kriminal yang didorong karena terdesak kebutuhan pangan.

Baca Juga: Studi Baru Menunjukkan Virus Corona Bisa Menular Saat Berbicara, Droplet Bertahan 14 Menit di Udara

"Hubungan yang erat antara masyarakat dengan aparat keamanan akan menjadi benteng untuk mencegah gangguan keamanan.

Kolaborasi antara aparat keamanan dan masyarakat harus terus dilakukan agar pada masa pandemi Covid-19 ini kriminalitas, terorisme dapat dicegah dan konflik massa tidak terjadi," katanya.***

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x