Covid-19 di Indonesia Mengganas, Fadli Zon: Kibarkan Bendera Putih, Kita Butuh Bantuan Internasional

- 8 Juli 2021, 19:40 WIB
Politisi Gerindra Fadli Zon sarankan pemerintah untuk meminta bantuan internasional dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia.
Politisi Gerindra Fadli Zon sarankan pemerintah untuk meminta bantuan internasional dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia. /Instagram.com/@fadlizon

PR CIREBON- Politisi Partai Gerindra Fadli Zon turut menyampaikan suara atas melonjaknya peningkatan kasus Covid-19 di Indonesia.

Pernyataan terkait penularan Covid-19 yang mengganas di Indonesia itu disampaikan Fadli Zon dalam unggahan cuitan di akun media sosial Twitter miliknya pada Kamis, 8 Juli 2021.

Menanggapi penyebaran Covid-19 yang melonjak, dalam cuitan tersebut, Fadli Zon menyerukan untuk mengibarkan bendera putih dan meminta bantuan internasional untuk menangani pandemi.

Baca Juga: Uya Kuya dan Keluarga Meminta Maaf, Denise Cadel Sebut itu Hanya Pencitraan: Maaf Ditolak!

Cuitan Fadli Zon yang menyarankan pemerintah untuk meminta bantuan internasional soal pandemi Covid-19.
Cuitan Fadli Zon yang menyarankan pemerintah untuk meminta bantuan internasional soal pandemi Covid-19. Twitter.com/@fadlizon

"KIBARKAN BENDERA PUTIH, KITA BUTUH LANGKAH DARURAT DAN BANTUAN INTERNASIONAL ATASI TSUNAMI COVID-19," tuturnya, dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Twitter @fadlizon.

Fadli Zon menuturkan bahwa saat ini pemerintah harus bersikap realistis dalam menghadapi gelombang baru Covid-19.

"Infrastruktur kesehatan, logistik, serta jumlah tenaga kesehatan kita terbukti sudah berada di ambang batas, sehingga tak akan sanggup lagi menghadapi situasi yang terus memburuk," ujarnya.

Baca Juga: Apa Perdebatan yang Anda Lakukan dengan Pasangan dalam Sebuah Hubungan? Tes Kepribadian ini Ungkap Semua!

Atas hal itu, Fadli Zon pun menyarankan agar pemerintah meminta bantuan internasional terutama negara-negara yang telah terbukti berhasil mengatasi pandemi Covid-19, mengingat hal ini menyangkut dengan persoalan kemanusiaan.

Lebih lanjut, dalam unggahan itu, Fadli Zon pun menjabarkan sejumlah alasan kenapa dirinya menyaranakan pemerintah untuk membutuhkan langkah luar biasa dalam mengatasi lonjakan kasus saat ini.

"Pertama, dalam dua pekan terakhir, sudah terjadi berkali-kali rekor kasus baru Covid-19 di negeri kita. Ini sangat mengkhawatirkan. Rabu, 7 Juli ini, rekor jumlah kasus positif Covid-19 telah menyentuh angka 34.379," paparnya.

Baca Juga: Ditangkap Polisi Bersama Nia Ramadhani, Simak Profil dan Perjalanan Karier Ardi Bakrie

"Hanya tinggal soal waktu rekor itu akan segera menembus angka 40 ribuan, lalu 50 ribuan, jika kita tak segera mengambil langkah luar biasa," sambungnya.

Alasan kedua, yaitu kebijakan PPKM yang sudah diambil Pemerintah, ungkap Fadli Zon belum memadai untuk memutus kedaruratan.

"Meskipun berjudul “PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat”, dan diterapkan di wilayah Jawa-Bali, namun kebijakan ini tak bisa dianggap luar biasa," ucapnya.

Baca Juga: Nia Ramadhani Ditangkap Polisi, Firasat Wirang Birawa Kembali Menjadi Sorotan

Pasalnya, ungkap Fadli Zon, pada praktiknya, kebijakan PPKM belum bisa membatasi kegiatan masyarakat.

"Sebagian masyarakat merasa perlu mencari nafkah harian untuk kebutuhan hidup sehati-hari karena pemerintah tidak memberi kompensasi atas pembatasan ini," ujarnya.

Apalagi, di sisi lain, hingga hari ini Pemerintah masih saja membuka pintu bandara dan pelabuhan. Keadaan ini menurutnya, membuat sebagian masyarakat merasa didiskriminasi.

Baca Juga: Berbeda dari Inggris, PM Jacinda Ardern Sebut Selandia Baru Tidak akan 'Belajar Hidup' dengan Covid-19

Sedangkan, untuk alasan ketiga, papar Fadli Zon, yakni kemampuan infrastruktur kesehatan yang sudah di ambang batas.

Menurut data Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI), saat ini okupansi tempat tidur di berbagai rumah sakit di Jakarta, Banten, Yogyakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah sudah mencapai 100 persen.

"PERSI menyampaikan bahwa jumlah kasus aktif telah meningkat di 28 provinsi. Tabung oksigen dan oksigennya sendiri menjadi langka dan tak memenuhi kebutuhan mereka yang membutuhkan. Terjadi “panic buying” untuk sejumlah obat, vitamin bahkan susu," paparnya.

Baca Juga: Tips-tips Perawatan dari Kemenkes untuk Pasien Covid-19 yang Melakukan Isolasi Mandiri di Rumah

Diungkapkan Fadli Zon, meski wabah saat ini masih berpusat di Jawa, namun lonjakan kenaikan kasus, lonjakan okupansi ruangan di rumah sakit, juga terjadi di luar Jawa, seperti Kalimantan Barat, Lampung dan Kepulauan Riau.

"Jika kasus ini terus meningkat, krisis bukan hanya akan terjadi di rumah sakit-rumah sakit di Jawa, tapi juga di berbagai provinsi lain di luar Jawa," ungkapnya.

Alasan keempat, yaitu krisis tenaga kesehatan di Indonesia.

Baca Juga: Coba Menganalisa Kepribadian Rizky Billar, Poppy Amalya: Orang yang Bertanggung Jawab

"Sejak awal pandemi, jumlah dokter yang meninggal akibat Covid-19 di Indonesia telah melebihi angka 400 orang," ungkapnya.

"Kalau digabungkan dengan tenaga kesehatan lain, seperti perawat, misalnya, jumlah kematian tenaga kesehatan sudah menembus angka seribu orang. Para dokter dan tenaga kesehatan lainnya adalah pejuang dengan perlengkapan terbatas," lanjutnya.

Dipaparkan Fadli Zon, menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI), tingkat kematian tenaga kesehatan di Indonesia berada di urutan ketiga tertinggi di dunia, bahkan menjadi yang tertinggi di Asia.

Baca Juga: BamBam GOT7 Ungkap Apa yang Dipikirkan Lisa BLACKPINK Setelah Mendengarkan Album Terbarunya riBBon

"Jika krisis ini terus memburuk, kita mungkin masih bisa membuka rumah sakit darurat, namun tenaga kesehatan tidak bisa disediakan secara instan," katanya.

Alasan terakhir, ungkapnya, krisis ketersediaan vaksin.

"Hingga kini, jumlah penduduk Indonesia yang telah menerima vaksin sekitar kurang dari 5 persen," pungkasnya.***

Editor: Arman Muharam

Sumber: Twitter @fadlizon


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x