Biografi Singkat Ibu Kartini, Sosok Pahlawan Nasional Perempuan Indonesia

- 21 April 2021, 10:05 WIB
RA Kartini merupakan sosok pahlawan nasional yang bergerak dalam perjuangan pergerakan kaum perempuan Indonesia
RA Kartini merupakan sosok pahlawan nasional yang bergerak dalam perjuangan pergerakan kaum perempuan Indonesia /titikduanet/Denpasar Update

PR CIREBON — Raden Ajeng (RA) Kartini, yang sering kali terngiang di telinga kita ‘Ibu Kita Kartini’.

RA Kartini merupakan sosok pahlawan nasional yang bergerak dalam perjuangan emansipasi wanita, atau tokoh pergerakan kaum perempuan Indonesia.

Sangat akrabnya sapaan ‘Ibu Kita Kartini’ tak terlepas dari lagu nasional berjudul ‘Ibu Kita Kartini’ yang diciptakan oleh Wage Rudolf Soepratman.

Baca Juga: Ikut Berkomentar Masalah Sule dan Nathalie Holscher, Mbah Mijan: Saya Tak Meragukan Kasih Sayang Mereka

Lagu ini diciptakan pada saat penunjukan RA Kartini ditetapkan menjadi Pahlawan Bangsa oleh Presiden Soekarno melalui Kepres RI Nomor 198 Tahun 1964.

Lagu ‘Ibu Kita Kartini’ pun menjadi lagu wajib yang diajarkan di sekolah-sekolah yang ada di tanah air. Yang biasanya kerap dinyanyikan bersama pada peringatan Hari Kartini setiap tanggal 21 April.

Adapun sekilas biografi tentang sosok Ibu Kita Kartini, sebagaimana dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari portal resmi Pemerintah Kabupaten Jepara, Raden Ajeng Kartini lahir di Mayong, Kabupaten Jepara, pada hari Senin Pahing, tanggal 21 April 1879 sebagai anak ke-4 dari 8 bersaudara.

Baca Juga: Sosok Komposer Lagu Meat Loaf dan Celine Dion Meninggal Dunia, Tengok Karya-Karya Jim Steinman yang Legendaris

Ayah dari Raden Ajeng Kartini merupakan Wedono Mayong bernama RMAA Sosroningrat dan Ibunya bernama M.A. Ngasirah ( Garwo Ampil ).

Nama Raden Ajeng Kartini baru diberikan bertepatan dengan Upacara Pupak Pusar ( Saat Tali Pusar Putus ).

Awal Tahun 1881, RMAA Sosroningrat diangkat menjadi Bupati Jepara, saat Raden Ajeng Kartini berumur 2 tahun, kemudian pindah dari Mayong ke Rumah Dinas Bupati Jepara.

Baca Juga: Doa Hari ke-9 Ramadhan: Senantiasa Merindukan Keridhaan Allah SWT

Sifat serba ingin tahu dari RA Kartini menjadikan orang tuanya semakin memperhatikan perkembangan jiwanya.

Kemudian RA Kartini dimasukkan ke sekolah ( EUROPENES LAGERE SCHOOL ) atas asuhan Guru Ny. Ovink Soer dengan sesekali bermain ke Pantai Bandengan 7 kilo meter ke arah utara kota Jepara.

Setelah lulus dari EUROPENES LAGERE SCHOOL, RA Kartini berkehendak ke sekolah yang lebih tinggi.

Baca Juga: Petugas Bea Cukai Diserang Ketika Melakukan Pengejaran Target Operasi, Satu Orang Terluka Parah

Akan tetapi, timbul keraguan karena terbentur aturan adat, apalagi bagi kaum ‘ningrat’, bahwa wanita seperti dia harus menjalani pingitan.

Diketahui, di usia 12 tahun RA Kartini memasuki masa pingitan. Ini semua demi keprihatinan dan kepatuhan pada tradisi, ia harus berpisah pada dunia luar dan terkurung oleh tembok Kabupaten.

Namun, dengan semangat dan keinginannya yang tak kenal putus asa, RA Kartini berupaya menambah pengetahuan tanpa sekolah dengan tekun membaca apa saja yang di dapat dari Kakak maupun Ayahnya.

Baca Juga: POPULER HARI INI: Anggota TNI dan Polri Terlibat Pengeroyokan Hingga Nagita Slavina Ngidam Jajanan Bandung

RA Kartini pernah mengajukan bea siswa melanjutkan sekolah ke negeri Belanda dan dikabulkan permohonan itu.

Hanya saja, dengan berbagai pertimbangan maka bea siswa tersebut ia batalkan dan diserahkan kepada Putra Indonesia lainnya yang namanya kemudian sangat dikenal yaitu H. Agus Salim.

Walaupun RA Kartini tidak berkesempatan melanjutkan sekolahnya, namun himpunan murid-murid pertama Kartini yaitu Sekolah Pertama Gadis-gadis Priyayi Bumi Putera telah dibina di Serambi belakang Pendopo Kabupaten Jepara.

Baca Juga: Disebut Pelakor dalam Hubungan Sule dan Nathalie Holscher, Tisya Erni: Aku Insecure, Aku Tak Yakin

Kala itu Sekolah Kartini memasuki pelajaran apa yang kini dikenal dengan istilah Krida.

Pada saat RA Kartini sedang mengajar murid-muridnya, datanglah tamu utusan yang membawa Surat Lamaran dari Bupati Rembang Adipati Djoyohadiningrat yang sudah dikenal sebagai Bupati yang berpandangan maju.

Kemudian, tepat tanggal 12 November 1903, RA Kartini melangsungkan pernikahannya di usia 24 tahun dengan Bupati Rembang Adipati Djoyohadingrat dengan cara sederhana. Lalu, kemudian RA Kartini diboyong ke Rembang.

Pada saat kehamilan RA Kartini berusia 7 bulan, dirinya merasa kerinduan yang amat sangat pada ibunya di Jepara.

Baca Juga: Segera Ambil Hadiahmu dari Moonton, Berikut Kode Reedem Mobile Legends (ML) Hari Rabu, 21 April 2021

Lantas, suaminya telah berusaha menghibur dengan musik gamelan dan tembang-tembang yang menjadi kesayangannya. Akan tetapi semua itu tak mengubah kondisi RA Kartini yang tetap lesu.

Pada tanggal 13 September 1904, RA Kartini melahirkan seorang bayi laki-laki yang diberi nama Singgih / RM. Soesalit.

Tetapi keadaan RA Kartini setelah melahirkan putera pertamanya itu semakin memburuk, meskipun sudah dilakukan perawatan khusus. Dan akhirnya, pada tanggal 17 September 1904, RA Kartini menghembuskan nafasnya yang terakhir di usia 25 tahun.

Meskipun kini RA Kartini telah tiada, namun cita-cita dan perjuangannya telah dapat kita nikmati.

Baca Juga: Quotes Ramadhan Hari ke-9 Puasa: Jangan Putus Asa dalam Cobaan Hidup, Hadapi Saja!

Kemajuan yang telah dicapai kaum perempuan Indonesia sekarang ini adalah berkat goresan pena RA Kartini semasa hidupnya yang dikenal dengan buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: jepara.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah