“BPS memproyeksikan produksi beras sepanjang Januari-April 2021 akan mencapai 14,54 juta ton. Angka ini naik 26,84 persen jika disandingkan dengan periode yang sama di 2020 (11,46 juta ton),” ujarnya.
“Terlebih jika lihat pengalaman puluhan tahun, alur tanam padi sudah menghasilkan alur yang 'tetap'. Panen raya di bulan Februari-Mei (60-65 persen dari total produksi), panen gadu Juni-September (25-30 persen dari total produksi) dan paceklik Oktober-Januari,” tambahnya.
Mardani Ali Sera mengatakan seharusnya kemandirian pangan menjadi program utama di Indonesia, yang merupakan negeri agraris.
“Memang impor terkadang bisa memenuhi kebutuhan kualitas maupun harga tertentu. Namun jangan korbankan petani, kedua kepentingan tersebut mesti diakomodasi secara adil. Pemerintah harus bisa menyeimbangkan antara ekonomi, efisiensi teknis sampai aspek sosial,” jelasnya.
Mardani Ali Sera mengingatkan kembali impor tahun 2018, di mana beras masih menyisa cukup banyak dengan mutu yang kian hari makin menurun.
Baca Juga: 5 Tips Aktivitas Fisik bagi Penderita Diabetes, Dipercaya Efektif untuk Bantu Menurunkan Berat Badan
“Ingat pengalaman 2018, dari 1,785 juta ton beras yang diimpor, saat ini masih tersisa 106.642 ton. Bulog menyatakan beras tersebut sudah turun mutunya,” ungkapnya.
“Impor bukan solusi atas persoalan kesenjangan stok beras antar daerah,” lanjutnya.