Tolak Disebut Serang Salah Satu Suku, Natalius Pigai: Sudah Cukup Lama Tidak Seimbang Keadilannya

- 6 Februari 2021, 14:51 WIB
Natalius Pigai memberikan klarifikasi atas pernyataannya yang diduga menghina Suku Jawa. Ia mengklaim hanya mengkritik kegagalan politik.*
Natalius Pigai memberikan klarifikasi atas pernyataannya yang diduga menghina Suku Jawa. Ia mengklaim hanya mengkritik kegagalan politik.* //Instagram @natalius_pigai

PR CIREBON - Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai menanggapi perihal dirinya yang disebut menyerang suku tertentu.

Dalam sebuah kesempatan, Natalius Pigai menegaskan bahwa dirinya tidak mungkin untuk menyerang suku.

"Jangankan suku, orang saja saya jaga," kata Natalius Pigai seperti yang dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari tayangan yang diunggah kanal YouTube Akbar Faizal Uncensored pada Kamis 4 Februari 2021.

Baca Juga: Disebut Ogah Divaksin Covid-19, Natalius Pigai: Saya Tidak Menolak Tetapi...

Diungkapkan Natalius Pigai, dirinya akan menjaga berbagai keberagaman, mulai dari suku hingga agama.

"Karena itu saya sampaikan begini pada waktu itu. Bangsa Indonesia ini sudah cukup lama tidak hadir dan tidak seimbang keadilannya, distribusinya tidak merata," ucapnya.

Lebih lanjut Natalius Pigai menjelaskan bahwa distribusi yang dimaksudnya adalah distribusi kekuatan untuk membangun negara.

Baca Juga: Begini Kata Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan Soal Penerapan Lockdown Akhir Pekan

Perihal meratanya distribusi kesejahteraan di Indonesia, dipengaruhi oleh adanya kepemimpinan.

Beragam kepemimpinann disebutnya seperti pelangi di Indonesia.

"Tetapi fakta ada 7 presiden, yang berasal dari satu suku, saya tidak menyebut orang ya, satu suku, suku Jawa. Faktanya memang 7 presiden suku Jawa, di dalam seorang ketika terpilih sebagai presiden kan ada proses demokrasi," ujar Pigai.

Baca Juga: Viral Asik Joget 'Lagi Tinggi' di Diskotik, AKP David Sinaga Dicopot dari Jabatannya

Dia melanjutkan, proses demokrasi yang pertama yang dianut adalah melalui satu orang satu suara satu nilai.

Hal itu akan menghasilkan orang yang jumlah terbanyak dari sisi agama, organisasi, dan sisi suku.

Ditambahkannya bahwa suku-suku minoritas tidak bisa diberi kesempatan untuk mengelola

Baca Juga: Tanggapi Kudeta di Myanmar, MUI: Semoga Tidak Memperburuk Kondisi WNI dan Muslim Rohingya

"Karena itu saya bilang, "kepemimpinan nasional itu yang dihasilkan secara by design, melalui undang-undang pemilu yang disepakati oleh negara satu orang satu suara satu nilai"," katanya.

"Sekarang apakah itu cuma satu-satunya pilihan? tidak masih ada dua pilihan dalam teori politik yaitu electoral district. Kalau itu tidak maka kita bisa praktekan musyawarah mufakat," lanjut urai Pigai.

Oleh karena itu, ia menganjurkan dalam pemilu yang akan datang, untuk menghindari kepemimpinan yang cukup hanya satu orang satu suara satu nilai.

Baca Juga: Tegaskan Bukan Kecewa, Natalius Pigai Blak-blakan Ungkap Alasan Tidak Lagi Dukung Jokowi

Lebih lanjut, Pigai meminta di dalam rancangan pemilu untuk dimasukan alternatif lain.

Bahkan kalau bisa dikombinasikan, antara electoral district dengan musyawarah mufakat.

"Biar pemimpin Indonesia itu terbentuk pelangi Indonesia," tandas Pigai.***

Editor: Asri Sulistyowati

Sumber: YouTube Akbar Faizal Uncensored


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah