Cium Gerakan Politik Pengambilalihan Paksa Posisi Ketum Partai Demokrat, AHY Surati Jokowi

- 1 Februari 2021, 20:41 WIB
Agus Harimurti Yudhoyoono (AHY)
Agus Harimurti Yudhoyoono (AHY) //Instagram/@agusyudhoyono

PR CIREBON — Tercium gerakan politik pengambilalihan paksa posisi Ketua Umum Partai Demokrat yang diduga melibatkan pejabat penting pemerintahan.

Adapun pejabat penting pemerintahan tersebut diduga yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Bahkan desas-desusnya, gerakan politik pengambilalihan paksa Ketua Umum Partai Demokrat itu sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah menteri dan pejabat penting.

Baca Juga: Kapolri Listyo Sigit Sambangi Rabithah Alawiyah, Aboebakar: Langkah yang Cukup Taktis

Menanggapi hal itu, Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengirim surat kepada Presiden Jokowi.

Isi surat AHY itu soal adanya dugaan keterlibatan pejabat penting negara dalam gerakan pengambilalihan paksa kepemimpinan Partai Demokrat.

"Tadi pagi, saya telah mengirimkan surat secara resmi kepada yang terhormat Bapak Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendapatkan konfirmasi dan klarifikasi dari beliau terkait kebenaran berita yang kami dapatkan ini," ungkap AHY dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara.

Baca Juga: Pemerintahan Myanmar Dikudeta Militer, AS Peringatkan Akan Ambil Tindakan Jika Tak Bebaskan Para Pejabat

AHY menjelaskan, ihwal pengiriman surat konfirmasi itu berawal dari kesaksian dan testimoni banyak pihak yang didapatkannya, tentang gerakan politik yang terjadi di tubuh partainya diduga melibatkan pejabat penting pemerintahan.

"Yang secara fungsional berada di dalam lingkar kekuasaan terdekat dengan Presiden Joko Widodo," ucapnya.

Gerakan politik tersebut, dikatakan AHY, diduga sudah mendapatkan dukungan dari sejumlah menteri dan pejabat penting di pemerintahan Presiden Jokowi.

Baca Juga: Pemkab Cirebon Gelar Vaksinasi Perdana, Bupati: Ibarat Masukkan Tentara ke Tubuh untuk Lawan Virus

"Tentunya kami tidak mudah percaya dan tetap mengedepankan asas 'praduga tak bersalah' (presumption of innocence) dalam permasalahan ini," ujarnya.

AHY menuturkan, tentang gerakan politik yang bertujuan mengambil alih kekuasaan pimpinan Partai Demokrat secara inkonstitusional itu diketahui dari laporan dan aduan dari pimpinan dan kader Partai Demokrat baik pusat, daerah maupun cabang.

Adapun gabungan dari pelaku gerakan itu kata dia terdiri dari 5 orang, 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, 1 mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai, karena menjalani hukuman akibat korupsi.

Baca Juga: Ini Daftar Lengkap Grup K-Pop Pemenang Seoul Music Awards 2021, BTS Raih 6 Daesang!

Dituturkan AHY, adanya para pimpinan dan kader Demokrat yang melaporkan gerakan tersebut, mereka merasa tidak nyaman dan bahkan menolak ketika dihubungi dan diajak untuk melakukan penggantian Ketum Partai Demokrat.

Yang mana, ajakan dan permintaan dukungan untuk mengganti ‘dengan paksa’ Ketum PD tersebut, dilakukan baik melalui telepon maupun pertemuan langsung.

"Dalam komunikasi mereka, pengambilalihan posisi Ketum PD, akan dijadikan jalan atau kendaraan bagi yang bersangkutan, sebagai calon presiden dalam Pemilu 2024," sambungnya.

Baca Juga: Gara-gara Lengah, Klub Raksasa Prancis PSG Kalah dari FC Lorient pada Menit Akhir

Konsep dan rencana yang dipilih para pelaku untuk mengganti dengan paksa Ketum PD yang sah, adalah dengan menyelenggarakan kongres luar biasa (KLB).

Para pelaku merasa yakin gerakan ini pasti sukses, karena mereka mengklaim telah mendapatkan dukungan sejumlah petinggi negara lainnya.

"Kami masih berkeyakinan, rasanya tidak mungkin cara yang tidak beradab ini dilakukan oleh para pejabat negara, yang sangat kami hormati, dan yang juga telah mendapatkan kepercayaan rakyat," kata AHY.

Baca Juga: Reza Arap Ajukan jadi Relawan Edukasi Covid-19, dr. Tirta: Mantap Nih, Saya Setuju

Partai Demokrat berharap semua itu tidak benar. Tetapi, kesaksian dan testimoni para kader yang dihubungi dan diajak bicara oleh para pelaku gerakan tersebut, memang menyebutkan hal-hal demikian.

Sebenarnya, AHY menyatakan pihaknya sudah mencium gejala ini, sejak satu bulan yang lalu. Pada awalnya, pihaknya menganggap persoalan ini hanyalah masalah kecil saja, urusan internal belaka.

"Tetapi sejak adanya laporan keterlibatan pihak eksternal dari lingkar kekuasaan, yang masuk secara beruntun pada minggu yang lalu, maka kami melakukan penyelidikan secara mendalam," ucap dia menegaskan.

Baca Juga: Hadiri Acara Deddy's Corner, Ridwan Kamil Keluarkan Fatwa tentang Cinta

Dengan tengah dilaksanakannya gerakan untuk pengambil-alihan secara “paksa” kepemimpinan Partai Demokrat tersebut, katanya tentu akan mempertahankan kedaulatan dan kehormatannya.

"Kami yakin, tidak ada satu pun pemimpin partai politik yang rela diambil alih kekuasaannya secara inkonstitusional, oleh pihak manapun," ujarnya.

Namun dalam upaya mempertahankan kedaulatannya, AHY memastikan akan menempuh jalur dengan mengindahkan konstitusi dan undang-undang, pranata hukum serta ikhtiar politik, yang bertumpu pada nilai-nilai keadilan, moral dan etika.

Baca Juga: Kekuasaan Aung San Suu Kyi Dikudeta Militer, Myanmar Umumkan Keadaan Darurat Selama Satu Tahun

"Tentu kami akan bersikap tegas. Namun, Insya Allah, Partai Demokrat akan tetap konsisten menggunakan cara-cara yang damai dan berkeadaban, bukan kekerasan dan kegaduhan sosial.

"Yang mungkin saja akan mengganggu situasi nasional, yang tengah menghadapi tantangan pandemik Covid-19 dan krisis ekonomi dewasa ini," ujarnya.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah