PR CIREBON - Rektor Universitas Ibnu Chaldun Musni Umar menyampaikan bahwa 43 tahun yang lalu telah terjadi peristiwa yang dramatis.
Musni menilai perjuangan saat itu telah gagal untuk memberantas korupsi.
"Mereka yang berkuasa tetap saja berani melakukan korupsi, bahkan bantuan sembako yang diperuntukan untuk orang-orang miskin juga ikut dikorupsi, dan itu sangat memilukan hati kita," ucap Musni.
"Berhutang tiada habisnya, lebih berat lagi ketika kita dilanda Covid-19, itu semakin berat keadaan dan yang menanggung derita adalah masyarakat," kata Musni.
"Itulah kenangan kita. Kita dipenjara, kita ditahan, termasuk saya, dan setelah keluar akhirnya mendapatkan blacklist tidak bisa menjadi apa-apa"
Musni Umar menceritakan saat itu TNI dibawah Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban atau disingkat Kopkamtib, melakukan penggerebekan.
"Dengan pelaksanaannya melakukan penggerebekan, masuk ke dalam kampus untuk menangkap aktivis pimpinan senat mahasiswa se-Indonesia"
"Dengan pelaksanaannya melakukan penggerebekan, masuk ke dalam kampus untuk menangkap aktivis pimpinan senat mahasiswa se-Indonesia"
"Peristiwa itu terjadi pada tanggal 21 Januari 1978, 43 tahun yang lama, sangat lama," kata Musni Umar,
Sebagaimana dikutip Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari kanal Youtube Musni Umar yang diunggah pada Selasa, 19 Januari 2021.
Musni Umar mengungkapkan bahwa dia sebagai aktivis yang ikut ditangkap pada saat itu, tidak akan bisa melupakan kenangan indah tersebut.
Baca Juga: Sebut Klaim AS Hanya Teori Konspirasi, Tiongkok Panggil Mike Pompeo sebagai 'Tuan Kebohongan'
"Mengingat kembali kenangan indah yang tidak pernah saya lupakan. Saat itu apa yang sesungguhnya diperjuangkan oleh mahasiswa?" ujar Musni.
Musni umar menjelaskan bahwa yang menjadi perjuangan para mahasiswa adalah adanya clean government atau pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi,
Kemudian pemerintahan yang bebas kolusi, dan nepotisme (KKN), yang saat itu merajalela.
Baca Juga: 40 Korban Longsor Sumedang Berhasil Ditemukan, Operasi Tim SAR Gabungan Dinyatakan Berakhir
Akan tetapi faktanya setelah 43 tahun yang lalu, KKN tetap merajalela di negeri ini.
Akan tetapi faktanya setelah 43 tahun yang lalu, KKN tetap merajalela di negeri ini.
Musni menilai perjuangan saat itu telah gagal untuk memberantas korupsi.
Menjatuhkan rezim order baru yang berkuasa saat itu, Presiden Soeharto dengan perjuangan mahasiswa yang heroik.
Baca Juga: Studi Ungkap Kematian Akibat Bunuh Diri di Jepang Melonjak 16 Persen Selama Gelombang Kedua Covid-19
Selain itu juga dengan dukungan masyarakat internasional, tetapi faktanya setelah reformasi 23 tahun lalu tetap tidak ada perubahan sama sekali.
"Mereka yang berkuasa tetap saja berani melakukan korupsi, bahkan bantuan sembako yang diperuntukan untuk orang-orang miskin juga ikut dikorupsi, dan itu sangat memilukan hati kita," ucap Musni.
Diungkapkan Musni Umar bahwa ingin dikatakannya bahwa Indonesia telah gagal memberantas KKN.
Dengan kegagalan tersebut membuat negara terperosok semakin dalam keterpurukan panjang yang tiada habisnya.
Sehingga untuk menopang kehidupan bernegara saja, Indonesia harus terpaksa berutang.
"Berhutang tiada habisnya, lebih berat lagi ketika kita dilanda Covid-19, itu semakin berat keadaan dan yang menanggung derita adalah masyarakat," kata Musni.
Baca Juga: Ada Satu Negara yang Hanya Dapat 25 Dosis Vaksin, WHO: Dunia Dalam Ambang Kegagalan Moral
Lalu bagaimana akan masa depan bangsa, menurutnya Indonesia harus kembali kepada tema perjuangan pemuda atau mahasiswa 43 tahun yang lalu.
Untuk dapat menegakkan kembali pemerintahan yang bersih.
Dinyatakannya bahwa pemerintahan yang bersih ini adalah cita-cita seluruh masyarakat Indonesia yang diperjuangkan.
Namun meredup seiring dengan jatuhnya rezim orde baru dan lahirnya orde reformasi, yang tidak membawa hasil yang diimpikan.
Untuk dapat menegakkan kembali pemerintahan yang bersih.
Dinyatakannya bahwa pemerintahan yang bersih ini adalah cita-cita seluruh masyarakat Indonesia yang diperjuangkan.
Namun meredup seiring dengan jatuhnya rezim orde baru dan lahirnya orde reformasi, yang tidak membawa hasil yang diimpikan.
Baca Juga: Rusia Tangkap Alexei Navalny Saat Tiba di Bandara, Para Pemimpin Dunia Kecam Adanya Pembebasan
Musni menuturkan bahwa tidak mau menyalahkan siapapun, yang disalahkan adalah diri kita sendiri.
Karena tidak sedikit dari mereka yang ikut berjuang pada angkatan tahun 66, 67, atau 98.
Setelah masuk ke dalam lingkaran kekuasaan akhirnya ikut larut dalam perbuatan yang dicela kaum muda pada saat perjuangan.
Akan tetapi perjuangan juga semakin berat, lantaran menghadapi para mahasiswa atau pemuda yang sekarang ini bersikap pragmatis dan cepat ingin mendapatkan hasil.
Padahal, dia melanjutkan, untuk memperbaiki suatu sistem memerlukan perjuangan.
Sementara perjuangan itu memerlukan pikiran dan tenaga, yang tidak jarang akhirnya orang masuk penjara.
"Itulah kenangan kita. Kita dipenjara, kita ditahan, termasuk saya, dan setelah keluar akhirnya mendapatkan blacklist tidak bisa menjadi apa-apa"
Baca Juga: Sayangkan Kunjungan Singkat Presiden Jokowi di Kalsel, Andi Arief: Seperti Capung Nemplok...
"Pegawai pemerintah tidak bisa, menjadi tentara tidak boleh, pengusaha juga sulit karena masuk blacklist," ujarnya.
Musni mengatakan kalau dia ingin menyampaikan keprihatinan yang mendalam karena perubahan itu tidak menghasilkan sesuatu yang diimpikan dan diperjuangkan oleh mahasiswa.
Dia mengajak untuk mengenang kembali masa 43 tahun yang lalu, kembali mengobarkan semangat juang, cinta tanah air, dan semangat persatuan.
Dia mengajak untuk mengenang kembali masa 43 tahun yang lalu, kembali mengobarkan semangat juang, cinta tanah air, dan semangat persatuan.
Baca Juga: Bahas Chat Mesum Rizieq Shihab, Teddy Gusnaidi: Bukan Keinginan Pemerintah atau Pengalihan Isu
"Untuk kembali menghidupkan api perjuangan, api semangat melawan korupsi, api semangat melawan nepotisme, api semangat melawan kolonisme yang menjadi budaya bangsa kita," kata Musni.***
"Untuk kembali menghidupkan api perjuangan, api semangat melawan korupsi, api semangat melawan nepotisme, api semangat melawan kolonisme yang menjadi budaya bangsa kita," kata Musni.***