Media Asing Soroti Keraguan Vaksinasi di Indonesia, Ternyata Ini Alasannya

- 5 Januari 2021, 17:09 WIB
Media Asing Soroti Keraguan Vaksinasi di Indonesia, Sebut Penggunaan Daging Babi Jadi Alasannya, Foto Ilustrasi vaksinasi Covid-19.*
Media Asing Soroti Keraguan Vaksinasi di Indonesia, Sebut Penggunaan Daging Babi Jadi Alasannya, Foto Ilustrasi vaksinasi Covid-19.* /Pixabay/torstensimon


PR CIREBON – Media asing menyoroti soal keraguan vaksinasi yang terjadi di Indonesia.

Mereka menyebut salah satu alasan keraguan vaksin adalah karena adanya potensi penggunaan produk daging babi dalam vaksin.

Para ahli pun memperingatkan, mendesak para pejabat dan pemimpin Muslim di negara Asia Tenggara untuk mempercepat upaya untuk mendapatkan kepercayaan publik menjelang kampanye imunisasi massal melawan Covid-19.

Dilansir Cirebon.Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera, kekhawatiran soal gelatin yang diturunkan dari daging babi yang digunakan sebagai penstabil di beberapa vaksin, akan dapat menghambat vaksinasi di negara Asia Tenggara yang paling parah terkena dampak Covid-19, yakni Indonesia.

Baca Juga: Sentil Mensos Pilihan Presiden, Andi Arief Sebut Orang Perbankan Sangat Cocok Dipilih Sebagai Mensos

Pasalnya, konsumsi daging babi dilarang keras atau “haram” bagi umat Islam, yang merupakan 87 persen dari 273 juta orang Indonesia.

Dr Dicky Budiman, seorang ahli epidemiologi yang telah membantu merumuskan strategi manajemen pandemi Kementerian Kesehatan Indonesia selama 20 tahun, mengatakan sertifikasi halal untuk vaksin Covid-19 sangat penting.

“Halal adalah lebih dari sekedar makanan - ini mencakup lebih banyak aspek gaya hidup bagi umat Islam yang taat,” kata Budiman.

Baca Juga: Bisa Picu Perang Dunia ke-3, Korea Selatan Kini Kirim Pasukan Gegara Kapal Miliknya Ditahan Iran

“Jika Anda berbisnis, Anda harus melakukannya dengan cara yang halal dan tidak menipu orang. Terkait vaksin, sertifikasi halal sebenarnya wajib di Indonesia karena memastikan proses produksi dari awal hingga akhir sejalan dengan ajaran Islam. ”

Pemerintah Indonesia telah dipuji oleh para ahli kesehatan karena tidak terlalu berharap hanya pada satu vaksin Covid-19.

Sebagaimana diketahui, Pemerintah Indonesia telah meneken kontrak untuk mengikat 100 juta dosis dari AstraZeneca, 50 juta dari Novavax, 50 juta dari Pfizer, 53 juta dari COVAX / GAVI - badan dunia yang bekerja untuk memastikan negara-negara miskin memiliki akses ke vaksin Covid-19, dan 125 juta lainnya dari Sinovac asal Tiongkok

Baca Juga: BPOM Sebut Vaksin Sinovac Terdiri dari Bahan-bahan yang Aman, Begini Evaluasinya.

Namun, pemerintah belum menyetujui satu kandidat vaksin pun lantaran masih meragukan soal kehalalan produksi vaksinnya.

AstraZeneca, Novavax dan Pfizer semuanya mengatakan tidak ada produk daging babi dalam vaksin mereka. Tetapi Sinovac menolak untuk mengungkapkan bahan-bahan vaksin Covid-19 atau secara khusus mengatakan jika mengandung gelatin babi.

MUI, badan ulama Muslim terkemuka di Indonesia yang membuat keputusan tentang sertifikasi halal, juga tampaknya tertidur di belakang kemudi. Ini menyelesaikan studi tentang vaksin Sinovac sebulan yang lalu tetapi belum mengumumkan keputusannya.

Baca Juga: Soroti Kritik BEM UI Soal Pembubaran FPI, Muannas Alaidid: Jangan Mau Ditunggangi

“Banyak orang di Indonesia percaya pada teori konspirasi tentang Covid-19 dan salah satu alasannya adalah pemerintah belum memiliki kampanye komunikasi strategis yang jelas,” kata Budiman.

 "Sinovac juga harus sangat jelas tentang bahan-bahan vaksinnya dan MUI harus mengumumkan keputusannya tentang sertifikasi halal tanpa penundaan lebih lanjut." sambungnya.

Indonesia, yang telah melaporkan lebih dari 758.000 infeksi Covid-19 dan lebih dari 22.500 kematian sejak awal pandemi, telah menerima tiga juta dosis vaksin Sinovac dan mengharapkan untuk menerima dosis dari AstraZeneca dan Pfizer dalam beberapa minggu mendatang.

Baca Juga: Komunitas Muslim Jerman Khawatirkan Islamofobia Meningkat: 122 Masjid di Jerman Menjadi Sasaran

Tetapi dengan otorisasi dan sertifikasi halal untuk vaksin masih tertunda, tidak jelas kapan negara tersebut dapat meluncurkan program inokulasinya.

Ahmad Utomo, konsultan biologi molekuler di Jakarta yang berspesialisasi dalam diagnosis infeksi paru-paru, mengatakan kegagalan pemerintah untuk meredam kekhawatiran tentang produk babi dalam vaksin adalah contoh buku teks tentang kegagalannya berkomunikasi dengan publik selama pandemi.

“Masalahnya adalah kepercayaan publik. Ada ketidakpercayaan yang mendalam terhadap pemerintah terkait Covid-19 yang diperburuk oleh komunikasi ilmiah yang buruk oleh Purwanto pada tahap awal pandemi, ”katanya, merujuk pada mantan menteri kesehatan Indonesia yang dengan terkenal mengatakan negaranya kebal dari virus. Covid-19 karena doa.

Baca Juga: PDIP Jadi Partai dengan Kepala Daerah Tertangkap KPK Terbanyak di Jateng, Gus Umar: Mantap Jiwa PDIP

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri menyatakan bahwa keraguan akan vaksin telah meningkat di Indonesia selama bertahun-tahun dan semakin diperburuk selama pandemi.

Sebuah survei yang dilakukan pada Agustus dengan Kementerian Kesehatan Indonesia menemukan bahwa 27 persen responden ragu-ragu untuk mengambil vaksin Covid-19.

Alasan mereka berkisar dari keyakinan agama, ketakutan akan efek samping dari vaksin, dan ketidakpastian tentang efektivitas vaksin Covid-19. ***

Editor: Egi Septiadi

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x