Indonesia-Turki Bersatu Kecam Presiden Prancis, MPR: Demi Perdamaian, Tiap Agama Tak Ajak Kekerasan

4 November 2020, 11:46 WIB
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo saat bertemu Duta Besar Republik Indonesia untuk Turki Lalu Muhammad Iqbal, di Ankara, Turki, Senin (2/11/2020) malam. /Antara News

PR CIREBON - Ketua MPR Indonesia Bambang Soesatyo mendukung sikap tegas Presiden Turki Erdogan terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Ia mengatakan dalam pertemuan dengan Ketua Majelis Tertinggi Nasional Turki, Mustafa Sentop, Selasa 3 Oktober 2020.

Dalam pernyataan Macron, Macron dianggap menghina Islam karena menurutnya Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis sedunia. Macron juga mendukung memuat adanya komik Nabi Muhammad.

"Sebagai Pimpinan MPR RI, saya juga mendukung sikap tegas Presiden RI Joko Widodo yang turut mengecam keras pernyataan Presiden Prancis yang berpotensi memecah belah kerukunan antar-umat beragama di dunia," kata Bambang Soesatyo, dilansir PikiranRakyat-Cirebon.com dari Antara News.

Baca Juga: Omnibus Law Indonesia Disorot Media Asing, Ungkap Presiden Jokowi Diam-diam Tandatangani UU

Hal itu dikatakan Bamsoet saat bertemu dengan Mustafa Sentop, Presiden Majelis Nasional Tertinggi Turki, di Ankara, Turki pada Rabu 4 Oktober 2020.

Menurutnya, Indonesia tertarik untuk mengedepankan perdamaian karena tidak ada agama yang pernah saling mengajari untuk melakukan kekerasan.

Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia harus mendukung kritik keras Presiden Erdogan atas penghinaan Presiden Prancis terhadap Islam.

"Bahkan dalam Islam diajarkan, mereka yang bukan saudaramu dalam seiman, adalah saudaramu dalam kemanusiaan. Islam adalah rahmatan lil alamin. Jika penduduk muslim mengamalkan Islam yang rahmatan lil alamin, niscaya benturan antar-peradaban yang mengatasnamakan agama bisa terhindarkan," paparnya.

Baca Juga: Kabar Duka Dalang Ki Seno Nugroho Meninggal Dunia, Sudjiwo Tedjo dan Letto Ucapkan Belasungkawa

Dia meyakini bahwa negara-negara Muslim seperti Indonesia dan Turki perlu menunjukkan keharmonisan Islam, karena warga non-Muslim tidak mempelajari Alquran dan Sunnah, tetapi mempelajari perilaku umat Islam.

Berdasarkan hal tersebut, menurut Bamsoet, Parlemen Turki mendukung gagasan MPR Indonesia membentuk Kongres Syuro Dunia sebagai forum kerja sama bagi negara-negara dengan sistem parlementer yang sama.

"Itu untuk mengisi ruang kosong yang selama ini ditinggalkan berbagai forum lembaga legislatif internasional seperti International Parliamentary Union (IPU) dan Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC), yakni dalam mendorong perdamaian, keamanan, demokrasi, HAM, dan toleransi antar umat beragama," tuturnya.

Baca Juga: Justin Timberlake Kejutkan Sukarelawan Joe Biden dalam Video Zoom

Bamsoet juga menekankan kerja sama antara Indonesia dan Turki di berbagai bidang, meski sudah banyak kemajuan yang dicapai, namun negosiasi Comprehensive Economic Partnership Agreement (IT-CEPA) antara Indonesia dan Turki belum mengalami kemajuan apapun.

Menurutnya, MPR RI merupakan badan parlemen yang beranggotakan anggota DPR RI dan DPD RI, mendorong parlemen Turki untuk membantu menyelesaikan kendala yang dihadapi dalam proses negosiasi.

"Percepatan perundingan IT-CEPA sangat diperlukan guna mendorong terwujudnya komitmen pimpinan kedua negara, yaitu Presiden Erdogan dan Presiden Joko Widodo, untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral hingga 10 miliar dolar AS pada tahun 2023," paparnya.

"Bangsa Indonesia mendoakan dan mendukung agar semua proses recovery pasca-gempa dapat berjalan lancar. Sehingga, masyarakat yang terdampak dapat segera pulih dan bangkit dari musibah tersebut," tambahnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: Antara News

Tags

Terkini

Terpopuler