Pandemi Covid-19 Munculkan Gangguan Jiwa, Psikolog: Hidup Sehat dan Jalin Komunikasi Jadi Kunci

15 Oktober 2020, 13:33 WIB
Covid-19 Ancam Jiwa Anak, Kemensos Catat Kenaikannya Melonjak Tajam /kemensos/

PR CIREBON - Pandemi virus corona (Covid-19) yang berlangsung sejak awal Maret tahun 2020 lalu, telah membuat banyak perubahan dalam semua aspek kehidupan masyarakat di Indonesia.

Sayangnya, tidak semua individu siap dan dapat beradaptasi dengan situasi ini. Hal itu, tentu saja  mempengaruhi mental maupun kejiwaan seseorang. Untuk itu, menjaga kesehatan jiwa juga sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik di masa pandemi ini.

Bahkan organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut konsep sehat bukan hanya terbebas dari penyakit secara fisik, tapi juga meliputi kondisi sehat mental dan sosial.

Baca Juga: Jadi Tuan Rumah Forum Global, Menko PMK: Kita Tunjukan Indonesia Baik dalam Penanganan Bencana

Dikutip PikiranRakyat-Cirebon.com dari RRI, Psikolog yang juga tim relawan satgas Covid-19 Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) di DKI Jakarta, Sarahsita Hendrianti mengakui, pandemi Covid-19 memunculkan sejumlah persoalan kesehatan mental masyarakat.

Pasalnya masyarakat yang terbiasa berinteraksi sosial terpaksa melakukan berbagai hal secara daring, baik belajar, bekerja hingga beribadah.

Situasi tersebut, menurutnya, bukan hal mudah, terlebih di tengah suasana yang penuh dengan ketidakpastian sehingga dapat memunculkan rasa cemas, khawatir, ketakutan, stres, hingga depresi.

Baca Juga: Dua Terdakwa Jiwasraya Sembuh Covid-19, Persidangan Kasus Korupsi Dilanjutkan

Banyak faktor yang menyebabkan stress selain karena adanya ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir, kemudian juga  perasaan cemas dan takut apakah akan tertular virus atau tidak, timbul perasaan was-was dan juga khawatir.

“Selain itu setiap harinya melihat dan membaca berita yang banyak banget tentang Covid, lama-  lama otak kita kan menyerap itu dan akhirnya menimbulkan reaksi. Nah reaksi itu bisa berupa takut dan cemas ,” tutur Sarah ketika dihubungi RRI, Kamis 15 Oktober 2020.

Sarah mengaku, adanya persoalan terhadap individu yang sebelumnya tidak mengalami permasalahan kesehatan mental, namun di masa pandemi ini, justru menimbulkan keluhan akibat stress yang berkepanjangan.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp 6.076 Triliun, BI: Struktur Utangnya Masih Tetap Sehat

Meski demikian, menurut Sarah, orang dengan permasalahan kesehatan mental baru ini, justru akan lebih tangguh lantaran mereka pernah berada di fase terendah.

“Misalnya yang tadinya easy going banget orangnya, terus jadi parnoan karena takut ketularan kemudian mereka akan mencari tahu sebenarnya ada apa dengan diri saya, itu akan menimbulkan kepekaan kepada si individunya sendiri,” ujarnya.

Sehingga, lanjutnya, pemahaman tentang diri sendiri jika disikapi dan di follow up dengan tepat mereka akan jadi individu yang baru dan lebih baik.

Baca Juga: Waktunya Cek Merchant Baru ShopeePay Minggu Ini, Sebagai Referensi Makanan Hingga Kecantikan

Selain tetap mengatur pola hidup yang bersih dan sehat, lanjut Sarah, merilekskan diri sendiri serta tetap menjalin silaturahmi dengan keluarga dan sahabat meski secara daring dapat menjadi upaya untuk dapat tetap menjaga kesehatan mental di masa pandemi Covid-19 ini.

“Yang pasti kita harus fokus pada hal yang bisa kita kontrol, seperti makan- makanan bergizi, kemudian berolahraga, istirahat yang cukup, dan yang terpenting kita juga jangan lupa untuk tetap menjalin komunikasi dengan keluarga,” katanya.

Lanjut Sarah, karena dengan adanya dukungan sosial, perasaan senasib karena adanya PSBB akan memberikan pengaruh besar.

“Serta jangan lupa untuk rileks misalnya kaya latihan relaksasi, latihan pernafasan atau menyalurkan hobi saat dirumah saja itu baik untuk kesehatan mental kita,” pungkasnya.***

Editor: Khairunnisa Fauzatul A

Sumber: RRI

Tags

Terkini

Terpopuler